Nov 15, 2008

Bakso Keju, bakso 'Akrom', dan kisah itu...

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Jakarta, Malang
"INI pentol, namanya! Di kota Malang, orang menyebutnya begitu," ujarku bersemangat di depan anakku, yang mulutnya penuh potongan pentol alias bakso, yang sudah kuiris-iris -- saya tahu, dia tak akan begitu peduli dengan ucapanku itu. Bayangkan, mulutnya yang mungil itu justru terus bekerja, dan, "Aida sekarang suka bakso, yang berisi keju!..."

Bakso keju -- alias pentol berisi keju. Para penggemar bakso di Jakarta, tentu sudah merasakan bakso jenis ini, dan sejumlah gerainya gampang di jumpai di sudut-sudut kota ini. Dan diantara sekian ribu konsumennya, anakku adalah salah-satu penggemarnya. "Asyik, kita makan bakso keju yuk," katanya girang, seraya menyebut nama perusahaan bakso itu.

Saya hampir selalu mengiyakan permintaannya -- tentu, bila dia belum makan dan tak setiap hari mengkonsumsinya. Dan beruntungnya, restoran penjual bakso itu, relatif tak jauh dari rumah kami di kawasan Sektor 9, Bintaro Jaya, Tangerang Selatan. Hanya sekitar lima menit dengan kendaraan, kami sudah berada di restoran yang disain eksteriornya bernuansa kuning.

***

UKURAN pentol, alias bakso di restoran itu, cukup besar: sebesar bola tenis. Yang membedakan dengan bakso di tempat lain, di dalamnya tak melulu dipadati daging. Selain keju, ada yang diisi sumsum, urat, buntel (yang digoreng), serta tentu saja yang berisi daging padat -- heeem, yang terakhir adalah menu favoritku...

Bila ditanya kenapa bakso daging padat, tapi renyah dan 'klasik', lebih kusuka, jawabannya antara lain begini: rasa dan bentuknya mengingatkanku saat masa kecil, ketika pertama kali kenal dengan makanan asal Tiongkok itu.

Dulu, saat tinggal di kota Malang, di tahun 1970 dan 80'-an, aku dan saudara-saudaraku mengenal sebuah warung bakso yang terkenal. Letak warungnya, tolong dibayangkan, di sebuah gang sempit -- hanya motor bisa melaluinya. Jalannya agak menurun, tak jauh di belakang Masjid Jami' di kawasan Kauman, di pusat kota Malang...

Nama warung itu 'Akrom' -- saya tak tahu, dari mana nama itu, mungkin saja nama keluarga pemiliknya. Dan seingatku, ruangan warung itu sempit. Sepertinya bekas dapur, yang disulap sedemikian rupa. Pintu warung itu ada dua. Dan saya sering melalui pintu belakang, langsung ke dapurnya.

Dulu, dua kakak perempuanku selalu mengatakan, bakso akrom adalah "bakso Malang paling enak..."

***

SEBUTAN "bakso Malang paling enak" itu terpatri terus dalam benakku. Konsepku tentang bakso di kemudian hari, selalu bertolak dari konsep tersebut. Dan aku selalu berpikir: bakso itu adalah kumpulan pentol, mie kuning, tahu putih atau goreng; sementara di Jakarta, bakso itu pentol semata...

***

DI DALAM benakku, seingatku, pentol akrom ukurannya kecil, yang biasanya dipadu mie kuning (yang digulung), tahu goreng dan tahu putih, serta satu lagi yang sepertinya daging cacah yang digoreng dan dilumuri tepung -- aku lupa namanya.

Nah, yang khas, kuah dari bakso Malang itu bening. Bumbunya tak pekat. Paling-paling dicampuri potongan bawang goreng dan seledri. Dan satu lagi, aku agak lupa, sepertinya bakso Malang tak pernah dicampuri mie putih...

Namun dalam perjalanannya, ruangan sempit warung bakso Akrom, pernah sepi. Tak ada pengunjung yang datang ke sana. "Pemilik warung itu penganut Islam Jamaah", "Mereka punya masjid sendiri di lotengnya", dan "Pentolnya pakai daging babi"...

Itulah selentingan yang kudengar samar-samar di saat aku berusia kurang dari 15 tahun. Seingatku, ketika itu, isu Islam Jamaah menjadi gunjingan di media, dan bahkan menyeret dua atau tiga artis ibukota. Dan, orang-orang di Kauman dan sekitarnya termakan berita-berita itu -- termasuk aku.

***

TAPI bagaimanapun politik, dan isu agama, tak bisa mengalahkan rasa. Seiring luruhnya isu itu, aroma racikan bakso dari warung sempit itu, kembali memabukkan orang-orang di kampung Kauman dan sekitarnya -- yang kuingat dari kata-kata yang terlontar dari mulut ibu atau kakak-kakak perempuanku adalah "jahat sekali orang yang bikin fitnah..."

Aku lupa kapan persisnya Bakso Akrom berjaya lagi, tapi yang kuingat pelan-pelan kehadiran Akrom mulai tersaingi para pendatang baru. Kehadiran pemain baru di bidang per-bakso-an di kota Malang, tidak terlepas dari ide baru, kreativitas, dan modal yang tak cekak. Mereka menciptakan bakso berukuran besar (sebesar bola tenis), dan warungnya yang letaknya di belakang stasiun kereta kota baru Malang (makanya diberi julukan "Bakso Stasiun) pun dipenuhi para mania bakso....

Sekarang, sekian tahun kemudian, jangan kaget, ada banyak jenis atau varian bakso ala Malang itu -- seorang teman asal Jakarta, bahkan sempat tanya, "Fan, bakso Malang mana yang paling enak?" Jawabanku yang terkaang sok tahu, tak akan beda dengan jawaban warga kota Malang secara umum: "Bakso Presiden" (aku pernah mengajak istriku makan di warung itu, yang selalu bergoyang, jika kereta api lewat di sisinya) atau "Bakso Cak Man.." -- bakso Akrom tak kusebut..

(Beberapa kali pulang ke Malang, aku selalu tak sempat datang ke warung Akrom. Aku hanya mendengar, warung itu masih berdiri. Tetapi aku tak tanya lebih lanjut, apakah aroma bakso itu masih memikat...).

***

MENJEJAKKAN kaki di Jakarta awal 1997, aku kesulitan menemukan kenikmatan makan bakso, seperti "bakso Malang". Kuanggap bakso yang ada di Jakarta, kuahnya tak sepenuhnya bening, kaldunya sepertinya dibuat berlebih, dan ada mie putih.

Tapi pencarian itu datang juga, ketika istriku -- sekitar pertengahan 2000 -- mengajakku ke restoran yang menyebut baksonya sebagai bakso Malang. Dan rasanya memang mengingatkanku pada bakso Akrom. "Ini dia bakso Malang.."

Belakangan, pilihan warung bakso itu makin beragam, termasuk restoran yang menjual menu bakso keju, yang disukai anakku itu. Tapi kata istriku "bakso keju bukan khas kota Malang, tapi itu bakso Solo.."

Aku memang akhirnya tak mendebat kata-kata istriku. Aku agaknya harus mengkoreksi konsep "bakso Malang" yang mengendap di otakku (atau di ujung lidahku?). Apa pasal? Ternyata menu bakso berisi daging padat di restoran berdinding kuning itu enak sekali rasanya -- apalagi dipadu kuah panas yang bening, daun seledri, bawang goreng, serta sambal hijau...

Pada akhirnya, rasa melampaui identitas, politik, atau sesuatu yang mengatasnamakan agama... ***





21 comments:

haris fauzi said...

hebat, mas affan...
penggemar fanatik penthol bakso...
hahahaha....

Lenah Susianty said...

yum, bikin ngiler lihat fotonya aida. Aku pernah makan bakso keju tapi mungkin bukan yang top, jadi rasanya waktu itu sih biasa saja

Affan Alkaff said...

bayangkan Ris, hidup tanpa bakso pentol (dan sambal), betapa hambarnya hidup ini... hahahaha...

Affan Alkaff said...

Len, aku baru tahu, kalau ada bakso keju yang lain -- aku belum coba. Aku sendiri nggak suka bakso yang isi keju itu. Rasanya aneh... Jadilah aku selalu pesan bakso yang isi daging padat, yang kusebut bakso 'klasik'... Mantap rasanya! :)

hima kame said...

walah bikin ngiler sam. kalo aku suka bakso seberang bakso stasiun. sebelah pom bensin. tapi bukanya sore sampe malem. warung biasa tapi maknyuss he he

Affan Alkaff said...

Di seberang stasiun kota baru, sebelah mana ya, sam? Pom bensin Embong Brantas ya? Kalau bakso stasiun itu masih adakah? Wah, jadi ngiler juga neh? :)

Muthz ' said...

Aku taunya bakso atom yang bakso isi keju dan ukurannya gedeeee bnaget. tapi kadang kalau di iris kejunya melumer dan kena ke air jadi nggak enak , mangkanya aku makannya di gigit ajha nggak di iris gitu. Tapi kejunya dikit dah dalemnya, paling enak isi sumsum beh...enak. kalau di bintaro adanya di sektor 9 sebelah erha clinic..ini yang di maksud bakso yang sama bukun yah mas....

a alifandi said...

Di tempat asalku, namanya juga penthol Affan, bakso itu nama untuk seluruh hidangannya, kadang-kadang disebut juga 'nyuk nyan'. Kalau gak salah di Makassar bakso juga disebut nyuk nyan.

Affan Alkaff said...

Iya Muthz, itu susahnya, bagaimana caranya agar keju itu tak kocar-kacir... Tapi tetap saja Muthz, rasanya aneh keju dicampur bakso! Anakku sendiri tampaknya berawal kesukaannya makan keju, dan belakangan bakso itu..

Oh ya, betul, itu yang didekat erha clinic itu, Muthz...

Affan Alkaff said...

Baru dengar sebutan 'nyuk nyan' untuk bakso, cak Anton... Kok aneh begitu isitilahnya? Agak jorok namanya ya.. hahahaha

Lita Koeswandi said...

Bakso keju? ah blon kebayang..dan gak kebayang nyoba. Mending bakso standar ajalah..bakso urat atao yang biasa. ..Atao bakwan malang (atau bakwan malang ya?!)
Makan bakso yuuk...kan mantab apalagi di hari ujan gini

Yiyik K said...

Wah... jadi pengin makan bakso! :) Tapi nggak tertarik sama bakso yg isinya keju - kombinasi yg kayaknya agak2 aneh deh.. hehe..

Affan Alkaff said...

..Lit, kalau di Kota Malang, orang menyebutnya bakso. Bakwan seingatku tidak dikenal... yuuuk makan bakso yuuk.:)

Affan Alkaff said...

tentu lebih dahsyat rasanya jika bakso itu dimakan di tempatmu, Yikk.. seraya membayangkan Indonesia... :)

purwanti setia said...

bakso malang sudah ngalami byk perubahan. kalau mau merasakan rasa yang khas bakso malang tempo dulu dengan kuah beningnya sekarang cuma tinggal bakso yang ada di selekta (itu menurutku lo). tapi aku sendiri sih gak bgt pusing soal kuah bening dan nggak. bakso cak man enak, presiden enak, bakso gong enak, bakso janti enak, bakso depan pasar besar enak, bakso depan mlg plasa enak, pokok'e enak deh bakso malang masih byk lagi yang lain. wong yang lewat depan rumah saja enak kok ;)

purwanti setia said...

bakso stasiun masih ada. ini juga salah satu bakso mlg rasa tempo dulu. kyk yg di selekta rasanya, rasakan saja siomay gorengnya pasti nemu cita rasa tmepo dulu

Affan Alkaff said...

..Wah, Pur, seandainya aku masih tinggal di Malang, tentu kusambangi semua warung bakso itu, termasuk nungguin tukang bakso yang lewat di depan rumah -- apalagi saat hujan-hujan begini, dengan bunyi khas ketukan bambu kecilnya "tuk, tuk... bakso!" :)

Affan Alkaff said...

aduh, jadi pengin pulang ke Malang neh... lalu naik angkot ke sana, ke stasiun.. Habis makan bakso, lalu lari ke es tawon di dekat klojen itu.. aduh, lupa nama jalannya... :(

Lita Koeswandi said...

Yuuuuuk....
Silahkeun dicolek-colek madam di sebelahmu. Terserah deh, mau bakso biasa...atao bakso malang eh, bakwan malang :))

Affan Alkaff said...

sudah dicolek, Lit.. :) Dan lagi mikir "di mana ya cari bakso" di sekitar kantor..

ika ardina said...

hehehehehe... ada bakwan malang cipaganti, ada baso theresia, ada mi bloon, ada soto mi (masuk kategori ga?).. Pengen nyoba baso cak man, tapi kok yang sering keliatan yang di Bintaro :))