Dec 29, 2008

"Tjakrabirawa" di Musium Pak Nas...




DILATARI berbagai versi sejarah di seputar kejadian kekerasan di tahun 1965-66, aku ajak anak-istriku ke Musium Abdul Haris (AH) Nasution hari Senin sore (29/12) kemarin. Lokasinya, adalah bekas rumah mendiang Pak Nas, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Sore itu langit Jakarta kelabu, dan bergerimis...

Musium ini baru diresmikan, 3 Desember lalu, oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Dan sebetulnya bukan kunjungan pertamaku ke bangunan itu. Dulu, mungkin sekitar tahun 1997 atau 1998, sebagai wartawan, pernah datang dan masuk ke rumah itu. Pak Nas, kala itu, masih sehat -- aku lupa, ada kejadian apa di rumahnya, tapi banyak sekali jurnalis yang datang.

Kita, para jurnalis, kala itu bahkan bisa mewawancarai Pak Nas, orang penting dalam perjalanan Republik ini -- dia juga saksi sejarah yang langkah. Istrinya, yang masih terlihat cantik, ikut menemani dalam wawancara itu. Juga anak sulung mereka, yang tak lain kakak mendiang Ade Irma Suryani...

Aku masih ingat, dalam sebuah wawancara istri mendiang Pak Nas pernah bercerita, bahwa "interior dan eksterior rumah itu tak ada yang diubah, persis seperti saat kejadian itu". Dan dari kalimat ini, aku di tahun 1997 atau 1998, mencoba membuktikannya. Kumasuk ruangan dalamnya, dan sepertinya betul perkataannya itu -- walau aku tak tuntas untuk melihat semua ruangan "bersejarah" rumah tersebut...

Sepuluh tahun kemudian, hari Senin kemarin, keinginanku itu terkabul. Ditingkahi tawa, dan rasa ingin tahu anakku, juga "ketenangan" istriku, kudatangi semua ruangan rumah itu -- termasuk tembok di samping rumah itu, yang dijadikan batu loncatan Pak Nas untuk meloloskan dari kejaran pasukan Tjakrabirawa...

Tapi barangkali adalah anakku yang paling "terkesan", saat dia memasuki kamar, yang dulu dijadikan kamar tidur mendiang Ade Irma Suryani. (Beberapa bulan lalu, aku dan istri menceritakan profil Ade Irma, beserta kejadian tahun 1965-1966). Seperti diketahui, Ade yang saat itu berusia 5 tahun, tertembak dalam serangan, dan beberapa hari kemudian meninggal dunia. "Yuk, lid, kita ke kamarnya Ade Irma lagi," pintanya sore itu.

Di sana bisa dijumpai baju milik Ade, yang dikenakan pada subuh yang naas itu. Baju warna biru pucat, yang sepertinya terawat, ditempel pada sebuah papan berkaca, beserta boneka dan botol minuman miliknya. Yang lain tentu, segala atribut milik Pak Nas -- termasuk pakaian militer berikut tongkat yang acap kita lihat di buku-buku sejarah setelah tragedi itu.

Agak pahit, dan getir memang, saat memasuki ruangan-ruangan rumah itu -- saya dan istri lantas teringat filem G30S/PKI yang dulu diputar acap tahun. Juga ada perasaan sedih, dan sedikit mengerikan, ketika sejumlah sosok patung Tjakrabirawa dihadirkan di sebuah lorong dan di kamar ajudan Pak Nas, mendiang Pierre Tendean. Tapi kupikir, sejarah kekerasan itu haruslah diketahui, apapun yang melatari, bagaimanapun ragam dan versi kejadiannya, yang akan terus ada... ***

13 comments:

rahman AbduRahman said...

sama persis dengan adegan filmnya Arifin c noer ya..

Affan Alkaff said...

betul, Rahman, mirip!

Meli Wardani said...

ini yang di jalan Teuku Umar bukan ya?? inspiring .. kapan2 ke sini juga ah.. tapi berasa serem ga sih??

Triandyati Rosmarini said...

Terima kasih mas..foto-fotonya, karena foto2 ini anak-anak saya jadi tergiur juga mau ke sini...

Affan Alkaff said...

Salam kenal.. betul itu di Jalan Teuku Umar, sebelah kiri kalau kita lewat Taman Suropati. Gampang diketahui, karena di depannya berdiri patung Pak Nas. Bangunannya juga gampang dikenali, karena masih mempertahankan model rumah Menteng lama...

Serem? Kalau pengalamanku, anakku kuberitahu latar sejarahnya. Jadi dia sudah tahu, sebelum kita masuk musium itu...

Oh, ya, musium itu mulai buka pukul 8 pagi hingga 4 sore... Selamat berkunjung ya..

Affan Alkaff said...

Terima kasih juga atas apresiasinya...

ienas Tsuroiya said...

ih, ngeri yaaa...merinding aku ngelihatnya..

ienas Tsuroiya said...

Selamat tahun baru!!

Affan Alkaff said...

Aku juga berpikir sama, Nas. Ruangan ini, yang menampilkan patung mendiang Ade dan ibunya, itu memang agak seram...

Affan Alkaff said...

selamat tahun baru juga, Nas...

ahmad nowmenta said...

salam kenal mas .. wah luar biasa, thx dah diposting foto2nya ... pengen banget kesana blom keturutan juga ... saya selalu antusias dengan sejarah, terutama sejarah Indonesia seputar 1965 ...
kalo di musium baru ini mungkin blom terlalu kliatan aroma angkernya ya, beda ma Lubang buaya .. dulu q kesana pas kelas 2 SD, disananya ketakutan sampe demam pas pulangnya .... tapi skrg pengen kesana lagi, pengen juga ke musium sasmitaloka ahmad yani ...

add Facebookq ya mas : now_menta@yahoo.com

thx

ahmad nowmenta said...

tapi kyknya tetep paling serem diorama penyiksaan yang di lubang buaya ,.... gak bisa bayangin kalo malem patungnya idup

basiim fyylh said...

دردشة