Rating: | ★★★ |
Category: | Restaurants |
Cuisine: | Desserts |
Location: | Bandung, Jawa Barat |
Dan pada akhir pekan lalu (17-18 November), saat plesir ke Bandung, saya, istri dan anakku kembali mendatangi sebuah restoran "wajib kunjung" itu. Lokasinya tidak jauh dari Gedung Sate, di pusat kota Bandung. Persisnya di Jalan Cisangkui, yang tempatnya rindang karena pepohonannya. Namanya Cafe Cisangkui, sesuai nama jalannya...
"Yoghurt-nya paling top, nggak ada bandingnya," begitu komentar istriku, saat mengajakku pertama kalinya ke warung itu, tahun 2000. Saya, seingatku, tak menolak ajakannya, saat itu. Kufikir, layaklah diamini ajakannya mengingat kegemarannya itu tadi, serta tentu dia lebih memahami peta tempat kudapan di Bandung..
Hasilnya? Tak mengecewakan, sungguh! Ujung-ujungnya, setiap kami plesir ke Bandung, kami biasanya makan siang di tempat itu -- biasanya kami memilih tempat duduk di halaman atau teras, dengan harapan dapat merasakan semilir angin dari rimbun pepohonannya. (Harus diakui pula, kami pilih restoran bekas bangunan masa kolonial Belanda itu juga didasari konsep rumah makan tamannya)
Jika daftar menu sudah di tangan, saya biasanya memilih soto bandung sebagai makanan utamanya (istriku kemarin memilih siomay, sementara anakku biasanya plih kentang dan sosis). Setelah itu, barulah yoghurt strawberry atau leci saya pilih sebagai minuman pendampingnya -- atau utama?
"Coba diperhatikan, di dalamnya selalu disertakan buah strawberry atau leci, atau anggur.. Ini barangkali yang membedakan dengan yoghurt lainnya..," jelas istriku. Aku sendiri kesulitan mendeskripsikan faktor kelezatan yoghurt Cisangkui, selain rasanya yang tak sepenuhnya masam, ada rasa manis, dan tak sepenuhnya bikin nek..
Dan siang itu, yoghurt cisangkui, memang betul-betul kami nikmati. Kami pesan 3 gelas ukuran besar, 1 rasa leci dan 2 strawberry... Dan lantaran anakku, Aida, kurang berkenan dengan rasa yoghurtnya, maka saya dan istriku menggenapkan kelezatan yoghurt restoran itu, dengan menghabiskan sisa jatah anakku..
30 comments:
ini tempat penuh kenangan Fan. buat saya dan istri yang pernah kuliah di Bandung, Cisangkui tak tergantikan.
hmm...jadi pengen ke bandung nih.
Din, lengkaplah sudah kelezatan yogurt cisangkui buat kamu dan istri, karena faktor kenangan itu tadi.. hehehe... Sebagai mahasiswa di Bandung, dulu apa kelebihan restoran itu, Din? Pengin tahu nih sebagai 'orang luar' :)
yogurt cisangkuy kayaknya pak, pake "y" (cmiiw)
emang enak, menurutku lebih creamy dibanding yogurt biasa.
dan stroberinya royal, banyak banget....
Ah buat si Udin sih dijajanin di Gratia, Sekeloa, aja cukup kok 'Fan....:p
*) BTW, jadi si Susi apa kabarnya 'Din?
jadi kuangen pingin ke Bandung.....nyam..nyam..nyam..
Wah... masih ada ga ya si Gratia ini?? hahaha.. saya niat banget ngajak Aida ke resto2 prasmanan mahasiswa model Gratia ini:))
Oooo jangan lupa... kita pernah coba ke Yoghurt Cisangkuy cabang Jl Cik Di Tiro Menteng... Dan sangat mengecewakan...:( Harusnya mereka ga usah ikut2an buka cabang..
Hayo 'Din jawab tuh... Masih ada nggak Gratia di Sekeloa?
Jadi jawabannya masih ada ga Gratia? Lho Ika ini anak Sekeloa jugakah?
Affan, yogurt Cisangkuy emang enak, ya. Encer tapi kok enak. Gue paling demen yg leci. Sama somay yg nongkrong di depan kafe. Duh, Bandung.. MISS BANDUNG SO MUCH!
Kan nggak harus "anak" atau tinggal di Sekeloa untuk tau Gratia 'Li...
Kau sendiri tinggal di Bukit Jarian, tapi makan siang di Gratia. Hehehehe
Gue ga pernah tinggal di Bukit Jarian.. ngarang lu, ah! Seinget gue sih Rancabentang sama Gandok terakhir. Hahaha..
Kirain Gratia cuma ngetop sama anak unpad doang. Hihihi..
Engga.. bukan anak Sekeloa, kebetulan temen2 banyak yang kost di sana, terutama di sekeloa 21 hahahahahaha
hehehe, iya baru ingat Mia, abis lihat fotonya, memang pakai "y" belakangnya.. ini sekalian ralat ya :)
Hehehe... Gratia? Kau pernah ajak aku ke sana, dulu, Tem? Jauhkah dari kosmu dulu itu (yang masuk ke dalam, turun lewat tangga kecil -- sehingga kusebut seperti lubang buaya, dan untungnya nggak pakai perahu segala.. hehehe)? Yang kuingat, aku minta kau antar ke perpustakaan Fikom Unpad di sekeloa itu, Tem...
.. dan mampir ke cisangkuy ya.. :)
ya, Uli, leci paling kusuka.. Penjual siomay dan serabi masih ada di depannya, dan pengunjung restoran masih suka pesan, dan membawanya ke dalam restoran itu.. Kayaknya, di depannya tambah rame.. selain kuda, ada pula gerai factory outlet kecil-kecilan di depannya.. Jadi kapan ke Bandung? hehehehe...
halo Udin, halo... di mana dikau? :)
Pernah. Kita pernah ke Gratia, pernah ke Dangiang Sumbi. Gratia itu persis di sebelah kos-kosannya si Udin & Trisno.
aku betul-betul lupa, Tem, kecuali aku ke sana lagi sekarang, mungkin bisa ingat.. Kalau Dangiang Sumbi, itu apa lagi? Si Trisno itu di mana sekarang?
Sempat ia berniat mencalonkan diri menjadi bupati Brebes, ingin beternak kambing dan sapi untuk mengimpasi hasil tambak sewaan orang tuannya yang hasilnya terus merosot lantaran pencemaran di muara sungai, terdengar pula kabar angin ia sempat "terdampar" dan melancong ke Natuna. Pun, bahwa ia tinggal di Pasar Jumat bersama anak istrinya dan berdagang beras serta jadi calo seafood bagi banyak koleganya para penjaja makanan laut asal Brebes. Tapi sejatinya, aku tidak tahu di mana ia kini berkalang. Ini bukan soal piutangku yang belum dilunasi, atau "pertengkaran ideologis" di masa lalu. Tapi, entahlah, barangkali di imajinasinya kemisteriusan spion ala Tan Malaka patut ditapak-tilasi...
Aku gak kenal Bdg sama sekali, jadi yg kayak begini sepertinya perlu dicatat ya, sapa tau suatu hari nanti perlu.. heheh...
.. dicatat pakai spidol tebal, dan diolesi stabilo bila perlu, biar inget, Yik.. hehehe
btw mampir ke bubur mang Oyo gak...? huh cerita tentang Cisangkuy sama melihat foto yogurtnya bikin orang mupeng aja!! :)
nggak sempat mampir Dit.. tapi sempat nyobain bubur ayam mang lainnya di kawasan Dago, tapi aku lupa namanya...
Pak Zaenal.. Sebenernya enak juga, walo buburnya kental banget... Sayangnya kemaren 'pernak-pernik'nya ga lengkap...
cafe ini punya catatan politik juga. tahun 1998, jaman huru-hara itu, sempat jadi tempat nongkrong harry roesli (alm) and his gank. aku ikut beberapa kali. tapi belum sempat nyobain makanannya.
.. aku baru tahu, Dwi, kalau cafe itu juga dijadikan tempat nongkrong mendiang Harry Roesli dkk... Tapi apakah itu di saat huru-hara itu saja atau setiap saat?
tahun 1997, forum sastra bandung meluncurkan buku kumpulan puisi penyair bandung berjudul "tangan besi" di sini. tahun 1999, kami pernah ada obrolan dengan pangdam siliwangi plus almarhum dkk. strategis memang tempatnya. 10 menit dari pusat demo di gedung sate, 15 menit dari rumah Harry Roesli di Supratman 57. denger-denger istrinya almarhum, Kania Roesli, punya saham di cafe ini. bisa dibilang, cafe ini ikut membumbui banyak peristiwa di tahun-tahun itu. sekarang, aku nggak tahu. setahuku tak ada lagi tempat-tempat begituan di bandung, kecuali factory outlet yang menjamur plus hypermart di mana-mana. rumah Harry Roesli yang dulu didedikasikannya dan bener-bener menjadi ruang publik sekarang nggak jelas nasibnya.
Dwi, problem serupa sepertinya terjadi juga di kota lain, dan memang menyedihkan...
Hello... lagi berkunjung nih... Salam kenal dari Rumah Yogurt :)
Post a Comment