Apr 15, 2008

Sempatkan melamun di Taman Kensington..(3)




APA yang kau lakukan di sebuah taman seluas lebih dari seratus hektar, dimana kau bisa melihat angsa putih berkecipak pada hamparan kolam, "koak-koak" burung gagak di pucuk pohon oak tanpa daun, serta rerumputan basah karena gerimis musim dingin?

Jawabanku adalah sebuah kalimat yang selalu terngiang di telingaku, kapan dan di manapun: "Sempatkan melamun barang semenit, walau pun kau sibuk dalam setiap harinya." Kalimat bernada puitis ini diutarakan kawanku, seorang penyair-wartawan asal Bali, I Made 'Ole' Adnyana, beberapa tahun silam.

Dan kalimat ini terngiang kembali, saat kakiku memasuki taman nan luas itu tadi, pada Maret lalu. Lokasinya memang di pusat kota London, sebuah kota yang memanjakan siapapun yang datang ke kota itu, dengan taman-tamannya yang meneduhkan hati. Taman itu, yang letaknya berdampingan dengan taman Hyde Park, adalah Kensington Gardens -- letaknya di London bagian barat, di samping Jalan Bayswater Road, atau Kensington Road di sisi lainnya.

Dua bulan lalu, di tengah udara musim dingin, saya setidaknya tiga kali berputar-putar di jalan-jalan melingkar di taman itu, seraya -- tentu saja, ehm -- "melamun"...

***
SUASANA hening itu merayap pelan, menggantikan deru mobil pagi di jalan raya yang kutinggalkan. Gedung-gedung lantas digantikan pemandangan yang kontras: hamparan rumput, orang-orang lalu lalang (sebagian membawa anjing, seraya berolahraga) dan sebuah bangunan kuno -- yang belakangan kuketahui sebagai istana yang pernah ditempati mendiang Lady Diana dan Ratu Victoria (1819-1901) di masa mudanya. Dari tempatku tinggal di kawasan Bayswater (aku tinggal di sini selama penugasan selama satu bulan), tidak membutuhkan tenaga berlebih untuk mencapainya -- cuma membutuhkan kurang dari 15 menit.

Dari pintu masuk dari arah Basywater, mataku langsung tertuju sebuah lokasi bermain untuk anak-anak (namanya Memorial Playground) dan sebuah cafe. Tempat yang disebut pertama ternyata adalah bagian dari sekolah taman kanak-kanak, tempat Lady Diana dulu mengajar.

Rupanya, berbagai situs yang terkait dengan mantan istri Pangeran Charles itu, termasuk istana yang kusebut di awal, kini dimunculkan kembali -- barangkali sebagai bentuk kecintaan sebagian warga kota itu.

Dan sekarang, lokasi ini dijadikan salah-satu tempat wisata yang acap dikunjungi turis yang berkunjung ke London. Hampir setiap hari, misalnya, saya yang selalu melewati jalan di samping taman, acap melihat sejumlah bis turis diparkir tak jauh dari taman. Saya juga menemukan sebuah brosur yang menawarkan kunjungan ke Istana Kensington beserta tamannya, dengan potret diri Lady Diana dan Ratu Victoria.

Di dalam taman yang gampang dijumpai burung gagak hitam (dengan suaranya yang khas), terdapat pula belasan jalan setapak, yang akhirnya terhubung satu-sama lain. Sejumlah ruas jalan itu disebut-sebut acap dilalui Lady Diana, sehingga di sana didirikan pula semacam prasasti berbentuk lingkaran -- terbuat dari besi dan ditanam di jalan itu juga.

Tak jauh dari sekolah itu, berdirilah Istana Kensington, serta sebuah restoran mewah bernama Orangery. Bangunan istana itu secara fisik tidak terlihat sebagai istana yang acap kulihat pada kisah-kisah kerajaan ala HC Andersen. Walaupun begitu, ada taman yang ditumbuhi pepohonan yang sudah ditata, yang begitu menawan. (Istana ini sebetulnya terbuka untuk umum, dengan membayar sekian poundsterling).

Dan di depan bangunan itu tadi, yang menghadap ke kolam, berdiri patung ratu Victoria dengan pose duduk seraya memegang tongkat -- ini salah-satu tempat favorit para turis untuk mengambil gambar.

Dan berjalan ke arah tengah taman itu, terlihatlah sebuah kolam air. Paling nikmat duduk di sini (ada puluhan kursi kayu atau besi), seraya menghabiskan waktu, menikmati belasan angsa putih 'berdansa' dengan anggunnya. Beberapa kali mengunjungi taman ini, saya biasanya mengakhirinya di pinggiran kolam ini...

***
DI BAGIAN lain taman itu, dari sisi Jalan Kensington Road, berdiri sebuah patung yang dikenal sebagai Albert Memorial. Monumen ini disebutkan sebagai penghargaan Ratu Victoria bagi mendiang suaminya, Pangeran Albert yang meninggal 1861. Di depan patung itu, berdiri dengan anggunnya gedung pertunjukan Royal Albert Hall, yang berbentuk setengah bulatan. Diresmikan pada tahun 1871, gedung itu akhirnya menjadi tempat pagelaran berbagai kegiatan seni, termasuk konser rock, sejak tahun 1941.

Ada sejumlah situs lainnya di dalam taman itu. Salah-satunya adalah patung perunggu Peter Pan (dibangun tahun 1912), yang digambarkan tengah meniup seruling. Saya selalu menyesal tidak mengunjungi patung ini, walau beberapa kali mengelilingi taman ini -- mungkin tempatnya yang terlalu ke dalam, lebih mendekati Hyde Park, sebuah taman lainnya di samping Kensington Gardes.

Tapi saya bersyukur mendatangi sebuah situs lain yang kuanggap tak kalah indah pula. Bangunan itu terletak di ujung taman, dekat monumen berupa pintu gerbang berskala raksasa, bernama Lancaster Gate. Nama yang dilekatkan pada bangunan seperti gazebo berukuran besar itu adalah Italian Gardens. Tempat ini juga merupakan salah-satu tempat favorit para turis dari luar kota London...

28 comments:

kiky fitriyanti said...

asik ya bersih..ngga ada PKL..hehehhe

ienas Tsuroiya said...

melamun sambil (tak lupa) berpose?:))

ienas Tsuroiya said...

bersihnya.....

Toto_Waluyo . said...

nggak diganggu asongan........

ika ardina said...

Hahahahaha.... tepat sekali mbak..:)).

suluhpratita ... said...

wwaaa...akyu juga punya pose yg begini...hihihiiii

suluhpratita ... said...

salah satu yg kusuka di engres...
banyak bangku kosong buat duduk-duduk....

Muthz ' said...

aduhhhhhhhhhhhh aku suka banget foto ini mas, kayaknya lagi dingin banget ya..

arie alina said...

aaaaaaaaaaaaa.. gak mungkin ada oase seindah itu di jakartaaa

Affan Alkaff said...

ya, memang nggak ada PKL. Tapi di sana ada cafe, siapa tahu mau melamun seraya nyeruput teh atau kopi...:) Dan bagi pemilik anjing, setahuku juga diwajibkan untuk membersihkan kotorannya.. Para pengendara sepeda juga dibuatkan jalur khusus, di luar jalan-jalan khusus pejalan kaki.. Saya jadi sedih ketika memikirkan taman di Jakarta... :(

Affan Alkaff said...

Betul Nas.. Ini namanya "sambil melamun juga berpose.." He, he... Nggak enak minta tolong terus kepada pejalan kaki lainnya untuk memotret. Itulah sebabnya, kamera itu kuletakkan di atas tempat sampah.. dan jadilah foto itu.. :)

Affan Alkaff said...

betul mas Wira... nggak ada asongan, dan nggak ada tramtib pula..he, he... Yang paling sering dijumpai adalah papan yang isinya macam-macam larangan. Banyak sekali dijumpai seperti itu di kota London...

Affan Alkaff said...

Iya, Ta, pose seperti itu kudapatkan inspirasinya dari potretmu waktu sampaeyan ke Skotlandia itu.. Aku lihatnya di MP-mu sekian bulan lalu... :)

Affan Alkaff said...

Iya, dari sekian taman yang kudatangi, selalu ada kursi yang enak buat selonjoran itu.. Dan di beberapa taman, kursi-kursi itu diberi nama, untuk menunjukkan siapa yang menyumbangkannya... Kita bisa nggak ya? :(

Affan Alkaff said...

Betul Muthz, waktu itu dingin sekali, dan suasananya memang masih pagi, dan sepi. Sengaja aku cari sudut di tengah jalan panjang itu, dan kuabadikan jalan yang dihiasi pohon oak tanpa daun itu... Saya juga menikmati sekali panorama tersebut...

Affan Alkaff said...

Ya, Arie... sempat memikirkan juga saat kunjungi beberapa taman di London: kapan kita punya taman sebanyak dan seindah itu...

Yiyik K said...

Sempat menitikkan airmata juga, Fan...? heheh...

Affan Alkaff said...

menangis tanpa air mata, Yikk... hua,ha,ha...

syaifuddin sayuti said...

melamunkan taman indah kek gini di jakarta..

Affan Alkaff said...

Din, kalau di jakarta, saya selalu ada pertanyaan: ke taman mana lagi ya, setelah ke Taman Situlembang dan Taman Suropati.. Sepertinya dua tempat itu yang masih enak dinikmati.. :(

syaifuddin sayuti said...

eh jangan salah, taman puring masih indah lho...untuk nyari barang bekas..hehehe...

Affan Alkaff said...

hua,ha,ha... hampir tiap hari aku lewat situ Din. Setelah direnovasi, dan penjual barang rongsokan itu dipindah, tamannya relatif jadi tertata, tapi tetap seram, Din...

a alifandi said...

Ini membandingkan dg Jawa/Indonesia zaman pertengahan abad ke 19. Deskripsi Alfred Russell Wallace ttg Kepulauan Nusantara bagus sekali Affan. Asri, hutan lebat, bersih, banyak candi kuno yg indah, dia merasa Nusantara jauh lebih cantik dr Inggris negara asalnya. Sekarang, Jawa khususnya, sdh terlalu banyak homo sapiens :)

Sigit -sihitamlegit- said...

Disisi ini banyak tupai-nya Fan, gw juga ngelamun disana dan ditemani oleh tupai-tupai itu, mereka sepertinya gembira karena Shrek datang mengunjungi hehehe.

Feronika Marsella said...

WAAAA.....!!!!!
TOP abiez deh..!!

Affan Alkaff said...

.. Cak Anton, yang kuingat dari Alfred Russel Wallace, adalah seorang ahli biologi yang memetakan antara lain khazanah flora di Indonesia, utamanya Sulawesi. Menarik, jadi ingin tahu banyak tentang dia. Dan membaca kalimat sampeyan "dia (Wallace) merasa Nusantara jauh lebih cantik dari Inggris..", saya jadi ingat laporan TEMPO (terbit hari ini) tentang Kebangkitan Nasional, yang mengangkat 100 pemikiran (berup buku, puisi, pamflet dll) yang mengilhami Indonesia. Diantaranya buku 'Sejarah Jawa'-nya Raffles.
Dia digambarkan menggambarkan Jawa dengan kekayaan budayanya. Tapi kemudian majalah itu juga menampilkan buku Multatuli-nya Douwes Dekker yang digambarkan menampilkan ketimpangan kolonialisme di Jawa... Dari kontradiksi masa lalu ini, Cak Anton, saya pribadi, selalu berada di antara bandul romantisme dan bias kolonialisme.. Tapi soal taman, saya sepakat dengan Anda, "Sekarang, Jawa khususnya, sudah terlalu banyak homo sapiens.."...

Affan Alkaff said...

Betul Git, aku baru ingat, hewan kecil dan lucu itu: tupai! Saya sesekali juga melihatnya, tapi saat aku di sana sepertinya jarang melihatnya. Barangkali karena faktor musim... Tapi omong-omong soal Shrek, kau memang mirip dengan tokoh kartun itu, kawan... :)

Affan Alkaff said...

..itulah, Fero, bayangkan bagaimana sebuah kota tanpa taman, tanpa burung-burung yang bercericit, tanpa desah daun pepohonan yang disamun angin...