Dec 3, 2007

Aida dan adik-adiknya: Kasta, Oscar, Little Lamb..

DUA pekan lalu, anakku  tiba-tiba mengajakku bermain boneka. Ini bukan kali pertama. Sudah berulangkali dia mengajakku, dan permintaannya terkadang tak kupenuhi. Tapi dua pekan lalu, aku sepenuhnya menuruti kemauannya itu.. 

Kejadiannya selalu menjelang tidur malam -- setelah aku mandi, usai pulang kerja. Biasanya Aida minta agar aku memerankan 3 boneka kesayangannya: Kasta Trilili, Oscar Amir dan Little Lamb (lihat foto di samping). Dia meminta agar aku mengeluarkan suara-suara, seolah-olah atas nama bonekanya..

Terkadang permintaannya memang tak kupenuhi, dengan berbagai alasan -- dan biasanya kualihkan dengan aktivitas lain, misalnya membaca, atau mendongeng. Namun malam itu aku tak kuasa menolaknya..

Dan disaksikan istriku, malam itu berlagaklah aku seperti wujud boneka-boneka itu. Kalau boneka Kasta, kira-kira wujud anak perempuan berusia 4 atau 5 tahun, sementara Oscar adalah nama bayi lelaki usia 1 tahun, sedangkan Little lamb adalah boneka anak kambing yang bisa bicara (yang terakhir ini bonekanya sejak bayi, yang kemanapun sering dia gendong)...

Kutafsirkan, Aida sangat menikmati tatkala aku bersuara --  seolah-olah para boneka itu sendiri sedang bercakap dengan dirinya. Seraya kupegang 3 boneka secara bergantian, aku buat boneka itu memerankan figur yang tengah gembira, sedih, atau bercanda. Anakku selalu menjawab pertanyaan atau tanggapan 'adik-adiknya' itu. Terkadang dia terbahak-bahak, kalau jawabannya membuat perutnya terkocok-kocok. "Lagi dong Lid, omongin suara si Kasta..." terus dia mengajukan permintaannya itu. 

Aida suatu saat berkata padaku, boneka-boneka itu adalah adik-adiknya. Dia tidak mau kalau boneka Kasta, yang perawakannya paling besar, adalah kakaknya. Dan boneka Oscar, berkepala botak persis bayi, adalah adiknya nomor dua, dan terakhir adalah anak kambing itu..

Malam itu, aku sungguh menuruti kemauannya -- dengan sepenuh hati. Di saat memerankan boneka itulah, kadang mataku berkaca-kaca.  Ada semacam perasaan nelangsa yang hinggap di otakku. Semacam ada pertanyaan, apakah dia begitu kesepian sehingga boneka-boneka itu dia tahbiskan sebagai 'adik-adiknya' (3 boneka itu dia pilih dari lebih dari 20 boneka, dan dia letakkan di sudut tempat tidurnya)..

Aku jadi ingat pula, dia begitu bahagia sekali tatkala sepupunya datang ke rumah -- yang selalu dia rindukan setiap saat. Itulah sebabnya, di saat perasaan seperti itu muncul, aku ada perasaan berdosa meninggalkan dia berlama-lama. Dan memang, kenyataannya, dalam banyak hal, tak gampang merealisasikan agar bisa bersamanya -- dalam waktu yang berlebih...

Tapi betulkah anakku kesepian? Seperti apakah kesepian pada anak-anak seumur dia? Apakah pertemanan harus seusianya, dan bagaimana bila temannya itu orang dewasa?

Saya jadi ingat, kisah rekan senior di kantorku. Saat tinggal di London, dia mengaku pernah menangis sendiri, tatkala melihat anak tunggalnya bermain sendiri di depan komputer. Dia membandingkan masa kanak-kanaknya -- saat dia bermain dengan teman-teman sebayanya di Jawa Tengah, di sebuah kampung. "Saya membayangkan anak saya kesepian, yang seharian hanya 'bermain' di depan komputer," katanya kepada saya.

Di tengah pertanyaan seperti itu, yang sebagian belum terjawab, saya sejauh ini akhirnya memilih menuruti kemauan anakku untuk bermain boneka. Saya ingin memerankan sebagai temannya, selain ayahnya -- yang masih kesulitan punya waktu berlebih dengannya.

Maafkan ayahmu, nak.. 

 

  

12 comments:

Toto_Waluyo . said...

Waduh,mas Affan yg tiap hari ketemu aja sampe begitu. Apalagi aku yg jauh ma keluarga. Saya paling stess antara jam 10 pagi sampe jam 1 siang. Ini saat anaku yg klas 1 SD dah pulang sekolah, padahal dirumah cuma ada nenek n pembantu duang. Kadang2 aku membayangkan dia kira2 lagi ngapain gitu. Tapi ketika kutelpon rumah ternyata dia dah ngacir kerumah tamannya hehehe.... Aida butuh adik beneran tuh..

restu dewi said...

adiknya Aida kok lucu2...iya memang Aida pingin adik tuh...

Alana Skiera said...

bikin adek kecil.. aida udah gede tuh, bagus jaraknya.

haris fauzi said...

haa..haa..haa..
kalo kedua anak saya --cewek semuanya-- suka bersandiwara dengan banyak bonekanya.....mereka sudah bisa memerankan dan menyuarakan masing - masing bonekanya....anak saya yang sulung 7 th, skenario sandiwaranya biasanya cerita keluarga yang kadang sedih --seperti cerita hatchi...kalao yang kecil - 3th-- biasanya skenarionya maen - maen atau petualangan sekelompok bocah....mirip naruto atau avatar...:)

mas affan bisa2nya bikin ide cerita.....ada - ada aja...:)

Affan Alkaff said...

ya, saya jadi ingat kisah mas Wira... jauh secara fisik, dan baru sepekan kemudian, bisa ketemu anak.. Mungkin saya sedang melo ini mas.. hehehe. Tapi ini mungkin yang disebut sebagai hubungan unik antara anak perempuan dan ayahnya ya...

Affan Alkaff said...

jangan-jangan iya, mas Wira... hehehe

Affan Alkaff said...

masalahnya, kita ngerencanain punya anak satu nih.. :)

Affan Alkaff said...

heeem... *garuk-garuk kepala*.. kayaknya satu aja deh, Ully.. :)

Affan Alkaff said...

memang asyik, Haris, kalau nemani anak main.. dan terkadang kita yang terhanyut dalam imajinasi dan logika mereka...

Yiyik K said...

Eh, anak2 kan memang begitu - punya imajinasi, bermain & bercakap2 sendiri (dulu kamu enggak ya Fan? :)). Gak usah terlalu dipikirin, namanya juga bagian dari masa kanak2. Selamat nemenin Aida lagi ya! ;-)

ika ardina said...

akhirnya ada yang menuliskan apa yang gue pikir:))

Affan Alkaff said...

makasih Yik, kayaknya masalahnya bukan pada Aida, tapi aku... Mungkin tepatnya bukan masalah ya, tapi semacam perasaan seperti itu yang terkadang muncul, timbul lagi.. dan seterusnya... Barangkali juga aku terlalu memakai logika orang dewasa dalam melihat perangai anak-anak...