Dec 3, 2007

Tahu Campur 'Arteri Pondok Indah'

Rating:★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Jakarta Selatan
HARUS menunggu lebih dari 4 tahun, semenjak tinggal di Jakarta (tahun 1997, Februari), saya akhirnya bisa merasakan Tahu Campur Lamongan, yang cocok di lidah -- sebelumnya hampir tak pernah, kecuali jika saat mudik ke Malang...

Kejadiannya antara tahun 2000-2001, itu pun atas inisiatif istriku, yang kebetulan pernah mampir dan makan di warung Tahu Campur Lamongan (nama kota pesisir di Jatim, sekitar 80 kilometer dari Surabaya), di Jalan Arteri Pondok Indah (sekarang, Jalan Iskandar Muda), Jakarta Selatan. Hampir tiap malam, sepulang kerja, kami lewati jalan itu, sehingga mau-tidak-mau mata kami tertuju ke warung tersebut..

Kalau ditanya kenapa harus menunggu lebih dari 4 tahun, jawabannya bisa macam-macam. Pertama, barangkali lantaran saya awalnya kurang begitu tertarik wisata kuliner -- sehingga tak bernafsu memburu makanan kesukaan. Kedua, ini jawaban klasik, alasan kesibukan pekerjaan (sehingga cari makan sekenanya, yang sesuai selera, dan bisa mengganjal rasa lapar). Tapi semua alasan ini hilang perlahan semenjak saya menikah...

Akhir pekan lalu, saya dan istri kembali menggoyang lidah, mengudap tahu campur Lamongan itu. Saat pulang dari kantor, di tengah-tengah kebingungan "harus makan apa", tiba-tiba terlintas untuk mampir ke warung di pinggir jalan itu -- letaknya di sisi kiri Jalan Iskandar Muda, dari arah Kebayoran Lama (baru), setelah toko Holland Bakery. "Kita udah lama nggak makan di sana, kayaknya enak laper-laper begini," kataku seraya melirik istriku.

Walaupun kami sadar agak butuh energi untuk mengambil jalan ke posisi kiri, karena padatnya lalu-lintas, dan polusi yang lumayan tinggi, tapi kami memutuskan untuk mampir ke sana. "Perut kosong rupanya mengalahkan segalanya," begitulah saya berkata pada diri-sendiri, hampir selalu, seolah menisbihkan faktor-faktor itu tadi..

Tapi memang rasa tahu campur itu tidak mengecewakan, setidaknya itu menurutku. Istriku yang dulu kurang begitu suka, belakangan mengatakan "lumayan enak juga". Saya, seperti biasa, kesulitan mendeskripsikan apa faktor penyebab makanan itu pas di lidah. Akhirnya yang kulakukan, membandingkan dengan makanan serupa yang kupesan di tempat lain. "Bedanya pada bumbunya, lebih terasa, nggak anyep," jelasku, kalau ditanya apa enaknya tahu campur 'arteri pondok indah'...

Setahuku, isi makanan Tahu Campur itu terdiri: tahu goreng, sayur sawi, daging sapi yang dipotong kecil-kecil, lengkap dengan tulang lunaknya, serta cingur (istilah lainnya apa ya?), perkedel kentang. Lainnya adalah bumbu petis, mie kuning.. dan krupuk..

Sebagian orang-orang asal Jatim yang kukenal, mengaku pernah mampir ke warung itu. Salah-satunya teman asal Jember, yang sudah lama tinggal di London. Kuajak pertama kali 3 tahun silam, sekarang dia selalu bertanya "masih mampir ke warung tahu campur itu Fan.." Pertanyaan ini kutafsirkan bahwa seleranya sama denganku..

Mungkin kekurangan warung itu (atau justru kelebihannya?), letaknya di pinggir jalan -- walaupun tetap saja banyak mobil berderet parkir di depan warung itu, yang pemiliknya beraksen Jawa Timur-an, pada malam-malam tertentu (belakangan, pemilik warung itu menyewa lahan parkir gedung kantor di belakangnya, sebagai lokasi parkir)..

Juga tempat duduknya yang terbatas, membuat konsumen harus menunggu di luar bila kursi penuh -- ini tentu sulit kalau Jakarta tengah diguyur hujan. Lainnya? "Itu vitamin D, yang selalu kita hirup kalau lagi nongkrong di warung itu," seloroh istriku. Vitamin D yang dimaksud itu adalah "Debu"...

Pada malam itu, usai makan 1 piring ditambah sepotong lontong, saya iseng tanya, kenapa tidak pindah ke lokasi yang lebih baik, pemiliknya cuma tertawa. Dia cuma cerita, warung ini didirikan tahun 1994, dan tidak pernah ke mana-mana. "Dulu warung kita di sebelah sana, karena pemilik gedungnya nggak berkenan kita sewa lagi, ya lantas kita pindah" jelasnya. Sekarang keluarga asal Lamongan itu mendirikan tenda di depan sebuah gedung lainnya (kira-kira 200 meter dari lokasi yang lama), dengan cara "membayar kepada petugas tramtib" secara teratur dan membayar sewa lahan parkir pemilik gedung...

24 comments:

ferra freeman said...

selain tahu campur, ada menu lainnya nggak...kayak tahu gunting gitu...soalnya kalo tahu campur kan pake daging tuch...fan..besok lagi fotonya jgn cuma satu donk..:D

Affan Alkaff said...

Fera, memang selain tahu campur, mereka juga jual tahu tek (itu kayaknya sama dengan tahu gunting).. cuma dua menu yang dijual. Iya, betul tahu campur yang pakai daging itu, sementara tahu tek itu bumbunya pakai kacang segala... wuah, memang enak bicarain makanan, Fer.. hahahaha... Soal foto? Bisa nggak ya pakai foto lebih dari satu....

ferra freeman said...

sambel kacangnya kan pake petis...halahhh jadi ngiler...:D...foto lebih dari satu? wah kurang tau juga...soalnya nggak pernah bikin review...tapi dicoba aja:)

Affan Alkaff said...

..ternyata, nggak bisa Fer... :(

restu dewi said...

tahu campurnya pakai mie kuning?kalau di jagalan nggak ada mie kuningnya pernah mampir ke tahu campur jagalan..di pojok tempat orang jualan daging kalau pagi-sore.
kalau pulang ke Mlg mas Affan suka beli tahu campur dimana?

Affan Alkaff said...

Iya, pakai mie kuning. Aku lupa, apakah di Malang, pake mie kuning atau tidak.. Di Jagalan sebelah mana? Kalau langgananku dulu, di sebelah SD Kauman 2, depan gang kecil Tongan, serta satu lagi dekat bekas terminal bus di dekat stasiun, depan bioskop... apa itu, aah lupa lagi.. Hehehe.. udah lama nggak ke sana lagi, maklum....

restu dewi said...

bioskop mutiara...sekarang kok sudah nggak ada ya...
setiap hari aku lewat situ ..bioskop mutiara jadikan restocafe sekarang
diseberang toko pendowo toko krupuk udang ..(pojok) kalau lurus ke rumah makan Cairo

Affan Alkaff said...

Dulu warung itu letaknya tak jauh dari toko krupuk udang itu, tapi mungkin sudah pindah..
Entah yang di depan SD Kauman itu, masih ada atau nggak ya...

UmmiMia Mia said...

tahu campur langgananku waktu hamil anak ke-3
kbetulan dket rumah ortuku, jadi gampang, tinggal nyebrang aja
kalo pas males nyebrang arteri, minta tulung dibelikan
petisnya enak, ngangeni banget
* sejak di depok 2thn ini belum ke warung tahu tek arteri lagi*

Affan Alkaff said...

betul,betul Mia.. akhirnya aku paham.... yang bikin enak itu rupanya petisnya, selain racikan daging atau tulang lunaknya itu... :)

Affan Alkaff said...

wah, Depok jaauuuuuh amat dari warung itu, Mia... hahahaha

ienas Tsuroiya said...

Seporsi berapa Mas? Pesen satu dong, dikirim ke sini....

Lita Koeswandi said...

Ini sama gak sih sama tahu petis?

Affan Alkaff said...

... heeem, tak sampai 15 ribu seporsi, lengkap teh hangat dan krupuk.... Dikirim pakai DHL bisa nggak ya? Kalau petisnya bau-nya kemana-mana, gimana dong? hahaha :)

Affan Alkaff said...

.. setahuku beda, Lit. Tahu campur pakai kuah, mie... sampai daging serta tulang lunak. Kalau tahu petis kan cuma tahu dan petis kan? *loh kok aku balik tanya*...

Lita Koeswandi said...

Gue pernah liat tk. jual tahu petis atao apalah itu namanya di dpn kantor pos fatmawati. Penampilannya kayak di photo ini. Tapi gue blon pernah cuba sih.
Di karang tengah, lebak bulus juga ada, tapi kupat tahu pekalongan. Cukup ramai, keliatannya sih enak. Ogut blon pernah coba..Coba yuuuu

Affan Alkaff said...

.. kayaknya Lita udah bisa disebut sebagai 'peta berjalannya' wisata kuliner nih... kalau cari rujak manis paling uenak di Jakarta, di mana Lit? hehehe.. jangan sebut rujak manis Aceh ya :))))

Lita Koeswandi said...

Rujak manis? Yang pake bumbu uleg itu kan? pake kacang? Itu kesukaan gue. Di menteng ada, di benhill ada, di depan dbest fatmawati juga ada yang nangkring....:-p
Rujak manis Aceh? Gue juga tau tempatnya di mana. Tapi...euh, tanya aja deh, ama cewek di sebelahmu itu..hihihihihi

Affan Alkaff said...

..kalau yang di benhil, udah pernah kucoba, Lit, dan memang mantap rasanya. Di Menteng? Maksudnya yang di Jalan Sabang, itu udah coba juga.. nah, yang belum di dbest fatmawati... wah, ini kayaknya harus ngajak Ika...

Affan Alkaff said...

... yang pernah coba di Blok M ( di bawah terminal) dan di sebelah Jalan Nimun, Tanah Kusir.. tapi yang kusebut terakhir ini Lit, belum OK.. mungkin saat itu belum ada mangga mudanya... :)

niniel wda said...

itu mah.. langgananku sewaktu aku masih berkantor di Velbak (kebayoran lama). Ada yang lebih nendang Fan.. di daerah Poltangan Pasar minggu.

Affan Alkaff said...

.. wah, baru tahu nih.. sebelah mana persisnya di Pasar Minggu, Nil? Poltangan?

Pojok Beranda said...

Untuk urusan Kupat Tahu, coba deh mampir ke PojokBeranda...
ada dua kupat tahu...

Salam kenal ya,
Haikal

resi bismo said...

tempatnya seket rumah emrtua, jadi tinggal jalan kesana ama istri, emang manteb tahu campurnya, aku pesen lagi tahu tek. Kyky udah gak bisa makan tahu campur lagi.. soalnya kikilnya itu loh buat badan pegel, bahaya.. kalo sering2 hehehe....