Dec 21, 2007

aku dan ulang tahun ke-6 anakku...

APA perasaan seorang bapak saat mendampingi anaknya berulang tahun, sementara pada tahun-tahun sebelumnya dia hampir selalu jauh dari anaknya?
Sejujurnya pertanyaan itu buat saya. Maklumlah, baru dua kali ini saya bisa mendampingi anakku saat perayaan ulang tahunnya. Sisanya, saya disibukkan masalah pekerjaan...
Dan seolah ingin membayar perasaan bersalah, maka pada hari itu, Kamis 20 Desember, di hari ulang tahunnya ke-6, saya memutuskan lebih banyak berada di sampingnya. Memperhatikan dari dekat wajahnya, gerak tangan-kakinya, serta celotehnya. Itu kulakukan semenjak dia bangun pagi, mandi, meniup lilin, membuka kertas kado, hingga mengutak-atik isi kadonya...
Kukatakan saya hampir selalu jauh dari Aida di saat ulang tahunnya, itu bukanlah mengada-ada. Ada faktor di luar kehendak, yang menyebabkan saya mesti rela meninggalkannya, yaitu faktor pekerjaan. Desember tahun lalu (2006), misalnya, saya tengah bertugas meliput Asian Games di Doha, Qatar, sementara tahun sebelumnya (2005) saya meliput setahun tsunami di Aceh dan proses penyerahan senjata GAM di tempat yang sama.

Sebetulnya kesempatan itu ada pada Desember 2004, karena saat itu saya berada di Jakarta. Namun entah kenapa, saya tidak memilih berada di sampingnya saat pesta itu dirayakan di sekolahnya. Aku tidak ingat persisnya, tapi ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda -- tapi seharusnya aku bisa datang barang dalam hitungan menit saat itu...
Tetapi yang bikin sesak dada, adalah ulang tahunnya ke-1 tahun 2002. Jelas aku hanya bisa memendam rindu, dan berulang-ulang hanya bisa memandang fotonya dari kota London -- foto-foto yang dikirim istriku melalui email itu, akhirnya kucetak dan kupasang di tembok, di dekat tempat tidurku, di penginapan milik kantorku. Dan akhirnya, keindahan kota London, yang hanya kunikmati sendiri, membuat perjalanan tugas itu menjadi kurang sepenuhnya berkesan..
Beruntung tahun 2003 (ulang tahunnya ke 2), aku bisa disampingnya. Aku ingat saat itu dia mengenakan baju putri warna putih gading dengan mahkota warna perak. Sebuah pesta kecil, dengan mengundang teman-teman sebaya di komplek rumah neneknya, pun digelar. Ini adalah pesta pertamanya dengan mengundang teman-temannya. Mulai saat itu pula dia mulai mengenal "pesta ulang tahun" dan "kado"...
Dan hari Kamis lalu, tanpa pesta, Aida kembali merayakan hari ulang tahunnya, dan saya kembali hadir disampingnya. Saya dan istri sengaja tidak membuatkan pesta buat dia. "Tidak ada keharusan merayakan ulang tahun dengan sebuah pesta," kata kami, berulang-ulang. Namun kami hadirkan kekhasan perayaan ulang tahun, dengan sebuah kue tart coklat (plus lilin angka 6), kado ulang tahun, dan nasi kuning -- yang disebut belakangan ini produk neneknya. Saya, istriku, nenek-kakeknya serta tantenya menjadi saksi usianya memasuki 6 tahun...
Lega rasanya akhir tahun ini, aku berada dekat di samping Aida-ku...

No comments: