Sep 11, 2007

Majalah Kereta Api, apa itu?

MAJALAH ini, namanya Majalah KA, seperti tertera di covernya -- secara tak sengaja kudapatkan di Stasiun Dukuh Atas, di Jalan Sudirman, Jakarta. Persisnya pada awal bulan Agustus lalu, tatkala aku hendak pulang dari kantor – tujuan stasiun kami adalah Pondok Ranji, di kawasan Sektor 7 Bintaro Jaya.

 

“Majalah kereta api, apa ini?” mataku langsung tertuju pada majalah seharga 24 ribu 500 rupiah ini. Dibandingkan majalah ini, cover majalah ini jauh berbeda dengan majalah atau tabloid lainnya. Dia satu-satunya yang bergambar kereta api, sedang lainnya biasanya potret perempuan cantik atau figur seseorang.

 

Kubaca berulang-ulang majalah itu, kulihat gambarnya, dan kucermati siapa pengelolanya. Rupanya, media ini dikelola oleh orang-orang yang kusebut sebagai ‘tergila-gila’ kepada kereta api – dan dunianya.

 

Majalah ini sudah terbit sejak setahun silam, dan terbit setiap bulan. Penampilannya cukup luks, gambarnya semua berwarna, dan liputannya semuanya terkait dengan kereta api:  mulai sejarah sebuah lokomotif uap atau diesel, peran sebuah pengelola stasiun, matinya sebuah jalur kereta, hingga feature foto tentang kereta besi itu..

 

Mestinya aku tidak kaget melihat kehadiran majalah itu. Soalnya, dari browsing internet, sebetulnya sudah ada aktivitas orang-orang penggila kereta api – sebuah tradisi yang  juga berlaku di manapun, utamanya yang wilayahnya dilalui kereta api. Mereka, para penggila itu, juga menerbitkan media yang sama (saya pernah secara iseng menemukan website penggila kereta api, yang pengelolanya melakukan semacam safari, melacak jalur rel kereta di Pulau Madura yang sudah lama mati. Mereka mencari eks stasiun di sejumlah kota, untuk sekedar melihat dan mendokumentasikannya…)

 

Tapi, faktanya, aku akhirnya tergiur setelah menelaah isi majalah itu. Ujungnya, ehm, aku ingin sekali mendapatkan edisi-edisi sebelumnya. Tidak sampai di situ, setiap awal bulan, aku mencermati pedagang majalah di stasiun Duku Atas. Dan alangkah senangnya, tatkala majalah KA edisi September, terbit pada awal bulan ini. Pada liputan khususnya, mereka mengangkat jalur kereta api di Madiun dan sekitarnya. Mereka juga mengangkat jalur kereta api tertua di Indonesia, yang melintas dari kota Semarang ke sebuah kota kecil di wilayah itu..

 

Pertanyaannya sekarang, mengapa aku begitu cepatnya kemudian jatuh cinta kepada majalah itu berikut isinya? Kufikir-fikir, ini bagian dari masa laluku, masa kanak-kanak, yang belum digali. Saat itu aku memang tergila-gila kereta api, walaupun obsesi hilang-turun seiring aku tumbuh menjadi dewasa. Kini, kenangan masa lalu itu tumbuh lagi…   

2 comments:

Lenah Susianty said...

oh ada ya? di sini sih banyak majalah kaya gitu... aku jadi inget adikku juga Fan! dia waktu kecil cuma mau makan kalau dibawa ke stasion KA, yg untungnya dekat rumah. JAdi dia di situ lihat KA dan disuapin!

Affan Alkaff said...

Iya, Len, setahuku ini yang pertama di Indonesia...Yang menarik, ada rubrik khusus yang membahas 'penyelamatan' kereta atau loko kuno yang rusak, agar diperbaiki oleh yang berwenang. Nah, seperti terlihat dalam gambar di atas, lokomotif listrik bon-bon itu dulu rusak.. Dengan diberitakan oleh majalah ini dan diungkit terus oleh penggemar kereta api, maka sekarang kereta itu kini jadi cantik (lihat gambar)... memang sih ada semacam romantisme di sana, len... hehehe..Oh, ya, sekarang apakah adikmu masih tergila kereta? :)