Sep 28, 2007

revitalisasi kota tua jakarta, apa kabar?




KALAU tak ada aral-melintang, Sabtu besok (29 September), pejabat terkait di Jakarta akan meresmikan rampungnya tahap awal revitalisasi kota tua Jakarta. Sebuah acara seremonial akan digelar, demikian rekan sekantor bercerita.

Disebut tahap awal, karena revitalisasi kota tua itu baru pada perbaikan jalan-jalan di sekitar Museum Fatahilah. Semula jalan aspal yang dipenuhi kendaraan bermotor, sekarang diubah menjadi semi pedestrian-- bahannya terbuat dari batu andesit. Perubahan yang serupa juga terjadi di areal taman Fatahilah.

Tentu saja, saya membayangkan upaya revitalisasi kota itu rampung semuanya --dalam waktu cepat. Tak hanya tahap pertama, tapi juga kedua dan selanjutnya. Rencananya, jika tahap pembuatan jalan semi pedestrian ini tuntas, proyek akan dialihkan pada pembenahan kawasan di seputar Kali Besar -- saya tak tahu persis apa yang dilakukan.

Dilanjutkan dengan tahap berikutnya, yaitu pembangunan apa yang disebut sebagai replika gerbang Amsterdam -- dulu di antara Museum Bahari dan Museum Fatahilah ada semacam gerbang pintu masuk, tapi kini tidak lagi berbentuk. Mereka juga akan 'menghidupkan' kembali bekas rel trem listrik yang sudah terkubur -- dihidupkan artinya ditimbulkan lalu ditutupi kaca, dan menjadi semacam outdor museum, katanya.

Tapi tentu saja mimpi saya itu mesti menunggu waktu. Apa pasal? Para pejabat terkait selalu mengatakan, upaya revitalisasi itu tidak bisa ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Tanpa peran masyarakat, utamanya orang-orang atau para pihak yang memiliki gedung di wilayah itu, maka proyek ini tak akan berjalan.

Penanggungjawab revitalisasi kota tua mengatakan, salah-satu cara menghidupkan kota tua adalah dengan cara meningkatkan nilai ekonomi wilayah itu. Tanpa landasan pragmatis ini, menurutnya, maka proyek itu tak akan jalan.

Artinya, sambil proyek perbaikan pedestrian itu berjalan, pemerintah mengharap para pemilik tanah di wilayah itu memperbaiki gedung-gedungnya -- yang hampir 75 persen dilaporkan rusak. Disarankan pula mereka membuka usaha di wilayah kota tua, sehingga kesan menyeramkan akan segera hilang.

Untuk itu bahkan pemerintah dilaporkan akan mempermudah perijinan dan mengurangi pajak -- bila mereka serius mau mengembangkannya. Akan berhasilkah proyek ambisius ini? Saya berharap begitu, kalau tidak ingin revitalisasi wilayah kota itu hanya berhenti di tingkat jargon.

Pada awal September lalu, di sela-sela liputan, saya mengabadikan sejumlah gedung tua tidak jauh dari museum Fatahilah. Ada perasaan nelangsa setiap melihat gedung yang dibiarkan tak terawat. Namun di sisi lain, ada sedikit lega tatkala memperhatikan para tukang yang tengah memasang batu andesit -- untuk kelak dijadikan pedestrian yang manusiawi..

Bagaimanapun, saya sungguh tak sabar menunggu kapan revitalisasi kota tua Jakarta itu rampung...

6 comments:

Toto_Waluyo . said...

mudah2an cepet kelar...

krisna diantha said...

harusnya jalan dari batu batu kecil, lebih artistik

a alifandi said...

Kl sudah selesai, nanti kita jalan-jalan ke sana Affan. Aku belum pernah ke pelabuhan Sunda Kelapa, ingin lihat spt apa.

Affan Alkaff said...

..iya pengin cepat kelar :). Nggak sabar, karena proyek reviatlisasi kota tua ini sudah dicanangkan tahun 70-an oleh Gubernur Ali Sadikin. Dan baru mulai digarap saat Sutiyoso jadi gubernur...

Affan Alkaff said...

memang Kris, lebih jadi artistik kalau pakai batu-batu kecil. Aku sendiri nggak tahu kenapa pakai bahan yang sekarang dipakai...

Affan Alkaff said...

Boleh Anton, ntar saya ajak Anda naik ojek sepeda yang murah-meriah itu -- dan siap-siap bernostalgia, sekalian menahan sakit pantat (hehehe) dan berkeringat :) ...