Oct 25, 2007

Kamar Bung Karno dihargai 1 juta rupiah!




KAMAR Bung Karno, begitu kusebut sebuah suite room di Hotel Tugu, Blitar, yang konon pernah ditinggali proklamator dan Presiden pertama Indonesia itu. Pihak hotel sendiri menamainya 'Sang Fajar' room -- sebuah julukan yang berlatar waktu kelahiran Sukarno.

Kamar berukuran cukup besar itu letaknya di sayap kanan bangunan utama hotel. Itulah bangunan beraksitektur lama peninggalan jaman kolonial Belanda. Katalog hotel menyebutkan, bangunan itu dibangun tahun 1850. Dulunya milik pribadi, sebelum menjadi hotel Centrum setelah perang dunia kedua.

Dalam perjalanannya, masih menurut katalog itu, nama hotelnya berubah menjadi Sri Lestari -- kini berubah menjadi Hotel Tugu-Sri Lestari. Sejak ditangani kelompok Tugu, menurut staf hotel itu, perubahan dilakukan besar-besaran -- termasuk renovasi kamar Bung Karno itu tadi.

Saya sendiri secara tak sengaja mengetahui ada kamar Bung Karno. Semula saya cuma tertarik bangunan utama itu tadi -- mirip bangunan keraton sisi depannya. Usai sarapan setelah bermalam di hotel itu, saya berjalan menuju bangunan itu. Dari depan, sekonyong-konyong seorang turis menyapaku, "ada kamar menarik di sana, Bung Karno pernah tidur di kamar itu..."

Saya pun menyelinap ke ruangan itu saat para petugas hotel tengah mengepelnya -- belakangan anak dan istrku kuajak pula. Seraya tersenyum ramah, mereka malah mempersilakan saya masuk. Dengan sedikit berjinjit, karena masih basah lantainya, saya tak menyia-nyiakan kesempatan itu. "Cuma bayar 1 juta rupiah, bapak sudah bisa menginap di kamar ini.." celetuk petugas itu tadi.

Saya tidak tahu persis kapan Sukarno menginap di ruangan itu. Demikian pula saya tidak ingin tahu apakah barang-barang yang terkait dengan sosok proklamator yang ada di kamar itu (seperti topi, tongkat, buku) miliknya atau bukan.

Saya cuma berfikir, alangkah cerdiknya pengelola hotel ini mencitrakan Sukarno di dalam mengemas bisnis hotelnya -- di kamar itu juga diletakkan tulisan tangan anak Sukarno, Kartika, yang berterima kasih atas dedikasi pengelola hotel yang 'merawat' kamar itu...

Lebih dari 5 menit di kamar itu, justru anakku (Aida) yang hilir-mudik. Dia rajin bertanya "eh, itu topinya Bung Karno yang tertinggal ya" (dia menunjuk topi yang disangkutkan pada sebuah meja berkaca) atau "Aida mau berendam di kamar mandinya Bung Karno.." (dia masuk ke bath-up yang beralaskan alumunium )..

Saya tahu diri, saya cuma mampir ke kamar itu. Di hotel Tugu Blitar, yang letaknya tidak jauh dari alun-alun kota Blitar, kami sekeluarga menginap 1 malam di kamar yang harganya 4 kali lipat lebih murah dari harga kamar Bung Karno itu...

Namun bagaimanapun, kehadiran kami di kamar itu cukup menghibur sekaligus kagum, betapa berkharismanya Bung Karno... Ini juga kenangan tak terlupakan sebelum kami melanjutkan perjalanan liburan keliling Jawa usai lebaran lalu..

20 comments:

niniel wda said...

hihihi.. inget.. aku dan keluarga pernah nginep di kamar ini. Tidur berlima di ranjang ini, muat ya!

sensen gustavsson said...

Dulu pernah ikut nginep di Hotel Tugu, waktu kunjungan ke Blitar bareng Mbak Mega. Tapi gak ngeh kalau di situ ada kamar Bung Karno. Baru kepikiran, di Mbak tiap ke sana, mungkin nginep di kamar Bapaknya ya..

Affan Alkaff said...

Nil, gimana ceritanya bisa tidur di kamar itu.. wah tentu seru nih! Apa iya itu kamar yang pernah diinapi Bung Karno? Bagaimana sejarahnya kamar dan hotel itu? Sebagai orang asli Blitar, tentu kau tahukan? hehehe.. jadi berceritalah Nil! Penasaran nih!

Affan Alkaff said...

Sen, tahun berapa ikut Mega ke hotel itu? Sudah dikelola kelompok Tugu atau masih manajemen lama? Sudah banyak berubahkah bangunannya? Hehehe.. ini judulnya mewawancarai Sensen dan Ninil nih :)

sensen gustavsson said...

Aduh.. lupa tahunnya, antara 2000-2001 kali ya.. sebelum jadi wapres deh.. Hotelnya sudah pakai nama Tugu Hotel dan manajemen baru. Aku ingat, dikasih tahu sama orang Mega, tiap ke sana si Mbak pasti nginep di situ..

Affan Alkaff said...

Aku menginap di Hotel Tugu kemarin, juga informasinya dari mulut ke mulut. "Ada hotel bagus di Blitar, Tugu namanya. Mirip Hotel Tugu di Malang, tapi nggak mahal-mahal amat" Begitu pesan itu yang kuterima, lewat istriku. Dan kita pun kesana, tanpa tahu sama-sekali kalau ada sejarah Sukarno di hotel itu...

Yiyik K said...

hahaha.. ini kayak yang pemilik topi dan tongkatnya baru pulang dari jalan2... Pengelola hotelnya pinter manfaatin nama Bung Karno sebanyak2nya :)

Affan Alkaff said...

Iya, waktu anakku itu komentar "topi Sukarno ketinggalan",aku terpingkal. Dia mengira apa yang ada di kamar itu seolah diletakkan begitu saja oleh Bung Karno... Jadi, memang Yik, pengelola hotel itu pinter betul menjual sejarah.. :)

Lenah Susianty said...

ga serem kamarnya?

niniel wda said...

Hihi,,, sama seperti Sensen, aku nggak ngeh kalo itu kamar Soekarno.
Kami sewa kamar itu untuk keluarga suamiku, pas acara kawinanku tahun 2004. Semua kamar di hotel bulan itu entah kenapa penuh, tinggal dua kamar, sama yang ini. Ya udah, kami ambil.

Entah kenapa, mertuaku emoh tinggal di kamar itu. Nggak tau kenapa. cuma alesannya kamar itu selalu wangi. Jadinya, kami mencobanya di malam terakhir, berlima, tidur di ranjang itu. Aku,suami dan tiga sepupu. Ha ha ha.. lucu banget kalo ingat.

Aku gak tau ceritanya kenapa kamar itu dinamakan Soekarno. Yang jelas, aku masih ingat, hotel itu dulunya namanya Sri Lestari. Itu dulu, rumah tua milik orang tua teman TK dan SD ku. Namanya Sonya. Orang tuanya peranakan Thiong hoa, Belanda. Mereka waktu itu termasuk keluarga kaya di Blitar. Punya percetakan, studio foto,,jasa foto kopi dan biro iklan. Juga agen koran.

Aku masih ingat, pas tanggal muda, aku sering dibonceng bapakku naik sepeda onta, sore-sore ke rumah induk itu. Kursi tamunya masih jati melengkung. Bapakku membayar langganan kompas, bobo, intisari dan majalah zaman. Bapaknya Sonya, orangnya ramah. Kalo masih repot, kami suka disuruh menunggu di pendopo itu. Bapakku sibuk melihat majalah. Aku main sama anaknya. Biasanya, si Om suka membagi coklat. Kalo enggak, permen chelsea, yang rasa kopi. Hehe.. biasanya aku makannya lambat-lambat. Jaman segitu Fan.. uenak temen.

Waktu itu, regol depannya belum melengkung dan dipenuhi daun pohon beringin. Samping kiri yang sekarang jadi restoran, itu dulu rumah tambahan buat keluarga Sonya. Aku sering main dakon disitu sama Sonya dan adiknya, aku lupa namanya. Hehehe.. itu 30 tahun lalu.

Sebelah kanannya, yang sekarang jadi meja resepsionis, dulu itu toko dan kantor keluarga itu. Biasanya dipake untuk foto copy, terima order dan studio foto.

Setahuku, jadi hotel sekitar tahun 80 an deh. Keluarga mereka beli rumah besar dan tua juga (gaya kolonial) di jalan Mastrip, tak jauh dari situ. Setelah itu, pindah entah kemana. Soalnya, begitu lulus SD, sudah jarang bertemu lagi dengan mereka. Kecuali kalo pas ke Gereja, minggu pagi, suka ketemu.

Hotel itu namanya Sri Lestari awalnya. Ada dua hotel. Sri lestari 1 yang sekarang jadi hotel tugy itu, dan satunya lagi di Jalan Sulawesi. Entah kapan persisnya, kemudian bangunan hotel Sri Lestari 1 itu dirombak, dan berpindah tangan dalam manajemen hotel tugu. Mungkin sekitar 1997-1999. Yang jelas tahun 2000, kami sekeluarga pernah merayakan ulang tahun ibu di restoran pojokan itu. Dan waktu tiu sudah bernama Hotel tugu.

hehe.. itu cerita hotel itu. Soal kemudian ada kamar Soekarno.. aku gak tau. hehehe.. Sorry yang trakhir gak bisa bantu.






niniel wda said...

ini rumah induk yang tadi tak ceritain itu. Nyaris tak berubah. Kecuali paving dan tanaman depan yang terlalu rimbun itu

niniel wda said...

dulu ini ruang tamu.. dengan kursi jati melengkung.. hiks.. jadi ingat masa lampau

niniel wda said...

waduh Fan.. jadi pengin molih!

Nadrah Shahab said...

jadi pengen kesana. bisa naek kreta ngga kesana ?

Affan Alkaff said...

Len, sempat terfikir juga apakah kamar itu seram atau nggak. Karena penasaran itulah, maka kami masuk ke dalam, lihat sana-sini... Kayaknya nggak Len.. setidaknya bulu kudukku nggak berdiri.. hehehe :)

Affan Alkaff said...

Terima kasih Nil, informasimu luar biasa! Ini bisa jadi liputan khusus, ada tulisan utama, background sejarah serta cerita pribadinya.. hehehe :)

Dan habis baca ceritamu itu, aku bayangkan peristiwa 30 tahun lalu itu, termasuk ceritamu soal permen chelsea itu.. dulu aku juga suka permen itu karena mahal, selain rasanya yang jarang ditemui saat itu.. Kalau tajk salah, bungkusnya ada disain kotak-kotak ala baju tradisional orang Skotland itu kan?.. hehehe.. Nil rupanya kita seumuran nih!

Tapi aku senang, setidaknya rumah kuno bekas milik temanmu itu sekarang dirawat, dengan cara dijadikan hotel, tanpa ada yang dibongkar -- setidaknya rumah utama... (kira-kira apa yang difikirkan temanmu Sonya itu melihat bekas rumahnya sekarang? Tentu bangga, diantaranya..).

Affan Alkaff said...

Dra, bisa naik kereta ekspres Gajayana jurusan Jakarta-Malang (naiknya dari Gambir). Sebelum sampai Malang, kereta itu akan berhenti di Blitar. Keretanya lumayan bagus, mirip Argo Anggrek. Dari Jakarta sekitar pukul 5 sore dan sampai Malang sekitar pukul 7 atau 8 pagi. Jadi kereta berhenti di Blitar sekitar pukul 6 atau 7 pagi -- jarak Malang-Blitar sekitar 1 jam perjalanan naik kereta...Hotel itu letaknya di Jalan Merdeka, dekat alun-alun di jantung kota itu...

Affan Alkaff said...

pulanglah Nil, dan segera ambil cuti (lagi)...hehehe

lisda ikhwantini said...

kayaknya foto bu Fatmawati waktu masi muda ya?

Affan Alkaff said...

iya, ya.. betul