Oct 10, 2007

mudik dengan mobil bakpao

SAYA dan istri akhirnya memutuskan mudik dengan mengendarai mobil pribadi. Sepanjang kurang-lebih 1000 kilometer, sepanjang pulau Jawa, dari Jakarta ke Malang, akan kami tempuh dengan mobil bakpao -- begitu sebutan kami untuk mobil Ceria-Daihatsu, yang kami beli 4 tahun lalu. Keputusan ini kami ambil dengan segala resikonya...

Rencananya kami berangkat saat hari H lebaran, barangkali tanggal 13 Oktober nanti, pagi-pagi sekali -- setelah sholat Id. Hari itu kami pilih, karena jalanan pasti lebih sepi ketimbang hari-hari sebelumnya. Tidak ada target kami harus sampai Malang tanggal berapa atau hari apa. "Pokoknya santai saja," begitu kami meyakinkan diri sendiri.   

Keputusan kami naik mobil pribadi melalui jalan cukup panjang. Semula berencana naik kereta, tetapi batal lantaran sejumlah alasan. Juga imajinasiku menaiki kapal laut tak terlaksana, juga karena alasan-alasan praktis  --  adapun pesawat udara sejak awal tidak ada dalam benak kami. "Bagaimana kalau kita naik mobil sendiri?" Istrikulah sejak awal berkeinginan mudik dengan mobil itu.    

Walau semula aku keberatan, karena begitu panjangnya jarak kilometernya, akhirnya aku mengiyakan -- walau semula dengan berat hati. Istriku memang yang bakal mengendari mobil itu, karena aku tak pernah bisa memegang dan menjalankan mobil itu -- alasan ini pula yang membuat aku enggan mudik dengan kendaraan roda empat itu. "Tunggu aku bisa nyetir mobil, kan enak bisa gantian," tandasku berulang-ulang. 

Dengan perhitungan yang mudah-mudahan tidak meleset, istriku berusaha meyakinkanku bahwa dia mampu melakukannya. Asal bisa istirahat yang cukup, dan tak ada target waktu, demikian istriku, perjalanan itu pasti menyenangkan. "Kita bisa berhenti kapanpun, dan sekalian wisata di tempat-tempat favorit kita," paparnya.

Nada optimis akhirnya lambat laun tumbuh, seiring membayangkan perjalanan itu nantinya. Dan pada hari-hari ini, kami  mencatat apa saja yang harus dilakukan, apa saja yang mesti dibawa. Istriku juga membeli sebuah tabloid yang memuat tempat wisata kuliner yang bisa dikunjungi di sepanjang Jawa. Peta mudik terbitan beberapa pihak juga sudah kami miliki.       

Anakku, Aida, akan ikut serta dalam rombongan kami. Dia, seperti yang dia lakoni selama ini, akan duduk di car seat. Agar tak bosan di jalanan, seperti kelaziman selama ini, kami akan bawakan buku-buku, kertas dan spidol, serta makanan kesukaannya -- serta tentu saja guling tipis kesayangannya.   

Dalam benak kami, rute perjalananan kami diawali dari jalur pantura -- Cirebon, Pekalongan sampai Semarang -- barangkali kami akan istirahat di Cirebon atau Semarang. Setelah istirahat, mungkin kami akan belok ke Surakarta, lalu mampir ke Yogyakarta (kami menginap sehari di kota ini). Di kota ini, kami bertiga akan mampir ke rumah neneknya istriku -- jika tak ada aral melintang, kami akan ajak Aida ke Borobudur dan Prambanan.

Nah, setelah istirahat sehari, kami akan melaju di jalur selatan, sampai Madiun, lalu Kediri. Sengaja kami menjauhi jalur Surabaya, dan memilih masuk jalan ke kota Blitar (rencana kamu mengajak Aida ke makamnya Sukarno). Atau jika tetap melalui Kediri, kami akan masuk Malang melalui dataran tinggi Pujon -- pasti banyak pemandangan yang indah di sini..

Mungkin saja dalam perjalalan 2 atau 3 hari, kami baru sampai di Malang, tujuan awal kami mudik..  semoga  

         

31 comments:

niniel wda said...

Akhirnya.. bawa kendaraan sendiri. Hahahaha.. Jangan lupa bawa payung. Cuaca tak bisa ditebak.
Usulku.. dari solo, ngawi.. langsung pake jalan tembus ke caruban Fan. Gak lewat Madiun, ngirit waktu dan bensin. Kalo mau lewat kediri,, dari caruban. sebelum nganjuk ada belokan ke kediri. Itu juga jalan tembus. lumayan berat motongnya. Selamat Mudik!!! ati-ati di jalan!

sensen gustavsson said...

Have fun deh dengan keluarga. Enak juga kalau mudik sambil jalan-jalan. Ditunggu kabar kapan nyampe Malangnya, dan lebih penasaran lagi, kapan nyampe Jakarta lagi, he..he..

Alana Skiera said...

selamat mudik, affan dan keluarga. hati-hati di jalan, ya. affan nggak bisa nyupir? hahaha..
urusan mudik emang cuma di Indonesia yg super heboh.

krisna diantha said...

kasihan ika :-)

a alifandi said...

Aku pernah nguping wartawan yg kerja di DPR, dia bilang di Kertosono ada pecel lele paling enak di dunia. Kalau lewat situ sampeyan tanya orang sana, "mas...mas pecel lele sing enak nangdi?"

Andreas Purwanto said...

'Fan... aku pulang pengalaman buruk soal perjalanan panjang dengan mu. Ingat, di tahun 1993, kau, aku, dan Tugas menghabiskan waktu 4 hari untuk perjalanan Bandung - Malang yang sesial-sialnya cukup ditempuh sekian belas jam saja. Ingat nggak? Gara-gara kameramu tertinggal di markas HMI Bandung, keberangkatan kita semula yang direncanakan dengan kereta api ekonomi Bandung - Surabaya berubah jadi naik bus dari Terminal Cicaheum. Bandung - Cirebon itu rute pertama kita, dan kau hampir tercopet di terminal bus Cirebon. Semula berniat mampir ke Purwokerto dulu tapi akhirnya kita bersepakat ke Semarang, alasannya waktu itu ada pengadilan Lukas dkk soal aksi Golput mereka. Kita menginap di IAIN, dan dijamu Hasan Aoni. Setelah puas dibuali oleh Hasan, kita meluncur ke Yogya, bisa meletakkan kepala di B21. Tapi entah kenapa waktu itu kau "terhipnotis" oleh Nita dan sekonyong-konyong menyukai dan membeli keramik di Yogya. Padahal hanya sepelemparan batu dari Ketawang Gede berjajar toko keramik. Dua malam di Yogya, terutama setelah Tugas diganjar diare yang membawanya menyambangi poliklinik dibonceng Edo. Mungkin terlalu menghayati makan nasi kucing, sembari menelan anak tikus.... Dan setelah diongkosi Romy yang berhutang pada Ida akhirnya kita bisa naek bus ber-AC jurusan Yogya-Malang...

Tragis... sungguh tragis...
Semoga absurditas serupa tak menimpa keluargamu.....

aya blue said...

Wah.. jadi mudik yach??
Istri yg bawa mobil?? Teganya-teganya mas affan... belajar dong mas.. hehehe

Met jalan-jalan yach... moga cepat dan selamat sampe tujuan..
kira-kira sampe Malang berapa hari yach?? Kapan baliknya pula..
Klo ke jogja jangan lupa makan bubur candil yach.. jadi kangen pengen balik ke jogja... ihk..ihk..
Salam untuk aida juga yach...

ika ardina said...

Oooo bisa mbak... Bisa nyupir.... Tapi aku yang ga bisa disupirin hehehehehe...

ika ardina said...

hahahahaha....

ika ardina said...

Aku lebih suka nyupir daripada bujukin Aida hahahahahaahaaaa

Affan Alkaff said...

Ya, Nil, akhirnya kami bawa mobil sendiri. Ibaratnya, ini sudah pilihan akhir -- mau-nggak-mau :) Boleh juga idemu itu, apalagi kami sepenuhnya belum pernah naik mobil pribadi ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur -- nanti itu pengalaman pertama. Mudah-mudahan segalanya lancar... dan terima kasih!

Affan Alkaff said...

Terima kasih Sen... perjalanan ini memang sekalian untuk liburan. Si Aida itu libur 3 pekan, sementara kita ambil cuti 7 hari -- jadi sekalian liburan :)
Ya, Sen, yang kubayangkan nanti, bagaimana sampai ke Jakarta saat pulangnya nanti.. hehehe.. Yang jelas, pulangnya nanti kami rencanakan tidak berbarengan dengan arus balik. Mungkin 2 hari sebelum arus itu, kami sudah balik -- dan tak dibebani target harus sampai kapan... Kami akan berkabar setelah kaki kami menginjakkan kami di kota Malang :)

Affan Alkaff said...

Uli, aku udah 2 kali ikut kursus mobil, tapi tetep saja nggak pernah tenang.. hehehe... dan akhirnya tak kuteruskan. Aku kayaknya harus bisa menyakinkan diri sendiri agar mau kursus lagi... :)

Affan Alkaff said...

Kris, ajari aku keberanian mengendarai mobil, seperti yang kau lakukan di jalan-jalan curam di pebukitan curam negeri Swiss... hehehe

Affan Alkaff said...

Pasti kusempatkan mampir ke pecel lele, seperti yang sampeyan rekomendasikan itu... Tapi aku lupa Kertosono itu persisnya di mana? (hehehe, nanti kulihat persisnya di peta, cak!) Makasih...

niniel wda said...

Ika, kayaknya cuman khusus buat affan aja kan! hehehe

Affan Alkaff said...

Item.. daya ingatmu luar biasa. Aku sendiri masih ingat perjalanan absurd tahun 1993 itu, tapi secara umum, dan tidak secara detil seperti yang kau deskripsikan. Misalnya aku lupa bila kameraku ketinggalan di HMI Bandung -- setelah kuingat-ingat sekarang, barulah terbentuk pelan-pelan peristiwa itu, termasuk aku baru ingat jika aku bawa kamera saat itu.
Ya, ya... aku ingat saat kita makan di terminal bus Bandung, dan kita makan di sebuah warung (kalau tak salah, kita abadikan makan-makan di warung itu).

Kejadian di terminal Cirebon juga kuingat -- dan samar-samar kuingat kau bawa pisau lipat seraya mengupas buah mangga saat itu, di tengah ancaman preman berjumlah lebih dari 2 orang itu (aku ingat kita duduk di kursi bagian belakang bus itu, namun aku lupa apakah si preman itu mengancam mencopet atau menuntut kita membayar tiket lebih mahal...) Tetapi yang kuingat sekali, kita bertiga tak berkutik, tak bisa berbuat apa-apa...

Sejumlah kejadian di Semarang, sekarang mulai samar-samar kuingat lagi. Seingatku, kita sempat mampir di kantor redaksi Hayamwuruk-nya Sastra Undip, juga ke redaksi anak-anak majalah ekonomi, setelah dijamu Hasan Aoni... (album foto perjalanan itu masih kusimpan.. apakah kukirim juga copynya ke Item saat itu? Aku sungguh lupa)

Adapun kejadian di B21 itu, di sinilah kelebihanmu, penggambaranmu sungguh detil...Tentu saja semuanya masih kuingat, tapi aku lupa bila Tugas sampai ke poliklinik segala -- diantar si Edo --karena diare.. (aku tertawa saat menulis paragraf ini, membayangkan kejadian-kejadian itu, rasanya barusan terjadi.., tapi tak perlulah kuulas panjang-lebar :)).

Item, perjalananku nanti ini tentu kubayangkan berbeda dengan kejadian belasan tahun silam, walau kuakui absurditas itu selalu melekat -- kapanpun dan di manapun. Bukankah kita tak bisa sepenuhnya dalam posisi sadar seratus persen secara konstan....

Dulu barangkali seperti bohemian, setengah menggelandang, dan tanpa beban..(kau masih ingat, ada gerangan apa kau dan Tugas sampai ke Malang segala... hahaha betapa absurdnya!)Sekarang bedanya, Item, barangkali karena kita ada tujuan lebih besar yang mesti kita capai, kendati tetap saja aku tak menampik absurditas... Aku selalu berupaya mengatakan "bayangkan sisiphus bahagia atas lakon yang dilekatkan para dewa pada dirinya"..

salam

Affan Alkaff said...

Ayablue, kalau ada kejadian mudik seperti ini, barulah aku sadar pentingnya mahir menyetir mobil.. :) Semoga aku jadi sadar setelah perjalanan ini.. hehehe.. Belum tahu persisnya sampai di Malang, mungkin butuh 2 atau 3 hari perjalanan... akan kukabari melalui MP jika badan ini sampai di kota itu... Bubur candil? baru dengar nih.. tapi kucoba mampir ke sana... Terima kasih ya, salammu sudah kusampaikan ke Aida.. :)

Yiyik K said...

Fan, selamat berlebaran ya... Ati2 di jalan buat ibu sopir :) Itu gambarnya lucu... hasil karya Aida ya? Memangnya mobil bakpao kalian ada gambar bunga2nya...? :)

a alifandi said...

Aku cuma diberitahu kalo di samping Kali Brantas. Terus selama di Malang jangan lupa makan "petulo"

haris fauzi said...

Ffan,
saya pulang ke Malang dua tahun sekali.. bukan karena capek nyetir mobil, tapi capek ngongkosinnya...:)
alhamdulillah... ini ada Andreas Item jagoan pers mahasiswa yang dari Fikom -- Bandung itu ya ? Benarkah ??

Affan Alkaff said...

Maaf Yik, baru balas.. (habis kembali dari mudik, dan baru sempat hari ini buka komputer).. itu yang gambar aku :), dan Aida yang warnai... hehehe soal gambar bunga di mobil, itu cuma imajinasiku....:)

Affan Alkaff said...

.. Cak Anton, selama mudik, aku sempatkan makan pecel kawi dan rujak semeru serta ke toko oen, sementara petulo dan bakso sema-sekali tak terjamah hehehe...

Affan Alkaff said...

Harris, seperti sampeyan, saya juga mudik setidaknya 2 tahun sekali... alasannya juga sama: ongkos.. heheheh..
Iya itu si Item, eks persma Fikom Bandung.. (oh, ya, saat lebaran kemarin akau datangi acara ketemuan eks persma Kavling 10.. ada dedi ulo, fajar ngik dll..)

agung ainul said...

Jadinya lewat mana?? Lapindo? Blitar? Batu??
Bener Ninil, hemat Waktu dari Ngawi langsung Caruban-Nganjuk (selanjutnya terserah kewat Blitar ato Batu)..

Sorry lama gak ngongol...

Affan Alkaff said...

Agung, di Jawa Barat sampai Semarang kita masih lewat jalur utara. Kita lantas belok ke selatan, lewat Solo, Yogya (istirahat sehari), lalu Ngawi, Nganjuk. Lantas masuk Kediri, Pare, Pujon, Batu dan Malang... Pulangnya, kita lewat Blitar (nginap sehari), Tulungagung, Trenggalek, serta Ponorogo. Selanjutnya masuk Wonogiri, Solo, dan istirahat sehari lagi di Yogyakarta.. Esoknya terus ke Wates, Purworejo, Gombong, masuk Ciamis, Tasik, dan masuk tol ke Jakarta...

haris fauzi said...

saya di malang cuma 4 hari... jadi gak sempat kemana2.. padahal juga ada silaturahmi anggota SOLID...saya dibujuk2 banget buat dateng ...tapi jadwal saya gak bisa kompromi... mungkin laen lebaran akan mampir ke kavling sepuluh dan solid..:)

Affan Alkaff said...

.. Ris, aku pun datang ke acara pertemuan eks kavling 10, juga setelah ditelepon berulang-ulang, di sela-sela acara jalan-jalan keluarga yang relatif padat.. :) Untungnya, lokasi ketemuan itu satu jurusan, jadilah saya datang -- meski agak terlambat..:)

arie alina said...

baru komen lagi...
gimana??? udah bisa nyetir???..
astaga pake ceria!!! bisa yaaa?? Kuat ya itu mobil???? aku pikir, hanya citi car sajah.. ternyata sampai juga ke malang.. wah heibat!

Mas Affan.. aida dah segede itu yaaa?? perasaaan dulu ketemu di PIM dia masih bayi deeh...

Affan Alkaff said...

.. masih belum bisa nyupir, Rie.. sampai sekarang... :) Oh, ya Ceria itu, udah kita pakai keliling Jawa, dan ternyata lumayan kuat juga...

Si Aida itu udah 6 tahun lebih 3 bulan. Dia sekarang kelas 1 sekolah dasar... Anakmu berapa bulan, Rie?

arie alina said...

anakku sudah 17 bulan. tepat hari ini...