Oct 29, 2007

semalam di Splendid...




BIKIN kejutan, itulah keinginan kami saat mudik Ke Malang dua pekan lalu. Itulah sebabnya, kami tak pernah memberitahu keluarga di Malang, kapan kami tiba. "Mudah-mudahan bisa mudik, saya ingin pulang.." demikian jawabanku singkat -- bila keluargaku menanyakan kepastian itu.

Dan ketika mobil kami merayap di jalanan kota Malang, tengah malam itu, kami akhirnya menerima resiko atas pilihan bikin kejutan itu tadi. Keluarga kami ternyata belum tiba dari Surabaya -- kunjungan lazim setiap lebaran tiba.

Tapi kami masih merasa yakin mereka segera tiba. Saya, istri dan anakku lantas mengelilingi sebagian kota itu, lalu kembali lagi -- ternyata mereka belum datang, sementara jam terus bergerak, memasuki pukul 11 malam..

"Kita harus cari hotel," itulah kesimpulan kami, setelah dihadapkan kenyataan seperti itu. Sempat mengecek apakah ada kamar di Hotel Pelangi, dan hasilnya nihil. Setelah berputar-putar, akhirnya kami sampai pada satu nama hotel yang cukup akrab di telinga kami, Hotel Splendid...

"Ada satu kamar kosong, tapi cuma sampai besok," ujar resepsionis hotel, tatkala kukontak malam itu. Kami pun beranjak ke hotel yang letaknya di kawasan tugu (10 menit naik mobil dari rumahku), dengan perasaan lega -- kami, utamanya istriku, tentu butuh istirahat.

Hotel Splendid (saya tidak pernah tahu, dari bahasa apa kata itu) kusebut akrab di telinga kami, karena hotel itu pernah jadi saksi perjalanan kami -- aku dan istriku, maksudnya. Hotel itu menjadi tempat transit saat Ika (nama istriku) -- didampingi adik perempuannya -- kuajak ke Malang untuk berkenalan dengan keluargaku. Kejadiannya pertengahan tahun 2000, sekian bulan sebelum kami akhirnya menikah. Itulah sebabnya kami menganggap sebagai "hotel kenangan..."

Dulu, sebelum ada hotel-hotel berbintang lainnya, hotel splendid cukup mentereng (dibangun tahun 1973, dari bekas rumah peninggalan Belanda). Para turis asing biasanya menginap di hotel yang berseberangan dengan Balaikota, di kawasan elit Tugu. Kini nyaris hotel itu jauh tertinggal -- apalagi di sampingnya persis berdiri hotel dengan arisitektur terindah di Indonesia, Hotel Tugu...

Malam itu, kami mendapat kamar di lantai 2, di bagian bangunan baru hotel itu (sepertinya dibangun belakangan, masih masih tahun 70-an -- terlihat dari interior kamarnya). Dulu, Ika menginap di lantai dasar, bagian bangunan utama yang kuno (dibangun saat kawasan Tugu dibangun, tahun 1930-an) -- pintunya pakai plitur dan berat sekali, lantainya juga masih tegel kuno, juga jendelanya...

Pagi harinya, kami sarapan di ruang tengah -- sepertinya bangunan baru, menghubungkan bangunan utama dan bangunan lainnya. Saya antar pula anakku berenang di kolam renang berukuran kecil, tak jauh dari ruangan itu. Di sela-sela semua itu, saya menyelinap, memotret sejumlah sudut bangunan kuno yang masih tersisa...

21 comments:

elok dyah said...

alamat dimana? room price-nya brapa Fan?

Affan Alkaff said...

.. hotel itu letaknya persis di depan Tugu, dekat Balaikota. Tepatnya di Jalan Mojopahit, di pusat Kota Malang. Dekat sekali dengan stasiun kota baru Malang, naik becak mungkin 5 ribu. Tarifnya relatif murah, antara 100 ribu sampai 300 ribu... Kau mau liburan ke Malang, Elok? :) Masih di Dubai kan?

krisna diantha said...

bahasa inggris itu

niniel wda said...

sepertinya menarik fan.. thanks deh! Malang walau dekat.. nyaris tak pernah kujelajahi

suluhpratita ... said...

wah klasik banget hotelnya...
thanks for sharing, ya mas...
bisa nambah referensi kalo ndilalah mampir malang...

haris fauzi said...

mas affan,
pacar saya dulu saya inepin di hotel sebrangnya hotel tugu, namanya lupa, kayaknya yang punya tentara....disekitar situ ada 4 hotel, spendid, tugu, hotel satu lagi disebelahnya hotel tugu, dan sebrangnya hotel tugu...semuanya sangat representatip..:)..dan saling berdekatan..jalan kaki juga oye..:)

restu dewi said...

lihat2 model pintu dan perabotannya aku ingat hampir persis dg di rumah rumah bersalin Mardiwaluyo...di kauman itu lho mas Affan di akhir 2004 kemarin aku sempat nginap dimardiwaluyo 5 hari untuk mengeluarkan si Restu..habis si nduk ku ini harus dikeluarkan lewat operasi.

Affan Alkaff said...

Heeem... hanya butuh 1 jam perjalanan, Nil....naik kereta penataran (masih ingat nama kereta ini kan Nil?) dari Blitar, melalui terowongan dahsyat (ingat kan terowongan panjang, dan gelap itu, di dekat bendungan Karangkates), serta jembatan yang mengerihkan itu (diketinggian di atas sungai mtero), kau sudah sampai Malang... Dan, naik becak nggak sampai 5 ribu rupiah, sampai sudah di hotel kenangan itu Nil.... :)

Malang menunggumu, Nil...

Affan Alkaff said...

makasih kawan.. pernah ke sana kan, Kris? :)

Affan Alkaff said...

Ta, seperti kubilang, tidak semua kamar itu masih orisinal. Yang relatif terawat segi klasiknya itu, di bangunan yang lama -- sebelah kanan, serta kiri, di lantai 1 (ini sepertinya bangunan aslinya). Sementara bangunan di ujung, utamanya lantai 2, itu sudah bangunan relatif baru, tahun 70-an atau 80-an... Tapi bisalah dijadikan referensi alternatif.. :) Kapan terakhir ke Malang?

Affan Alkaff said...

Oh ya, betul, mirip dengan Mardiwaluyo..(saya tahu betul, karena nggak jauh dari rumahku). Dulu jaman aku kecil, ada cerita-cerita agak mistis dari rumah sakit itu... (dan lucunya, aku waktu kecil, begitu percaya.. hehehehe

Kebetulan saat saya ke Malang dua pekan lalu, saya juga menikmati setiap melewati rumah sakit bersalin itu. Berulang-ulang -- sayangnya tak kuambil gambarnya...

Salam untuk si kecil, Restu...

Affan Alkaff said...

Iya, Ris, dulu salah-satunya isunya milik mendiang Rudini, mantan Mendagri, tapi tak pernah terkonfirmasi. Memang nyaman jalan kaki di sana. Cafe kecil di belakang Hotel Tugu (Bagian dari hotel itu) juga tempat favorit kami, kalau lagi banyak uang... hehehehe.. ada pisang goreng enak di sana... :)

restu dewi said...

ha...cerita mistis apa ya? untung aja aku wis mari bermalamnya....ya cuman kadang 2 nek siang ke poli ngantar si nduk kalau lagi sakit

Affan Alkaff said...

hehehe.. itu cerita masa lalu, yang membuat anak-anak kecil takut... Orang dewasa tentu tak akan percaya, kok.. :)

Lita Koeswandi said...

bangunan hotelnya ok ya Fa..Disain jaman dulu banget...
Tapiiiiii, menyeramkan gak sih?

Affan Alkaff said...

OK juga walau tak sepenuhnya orisinal... Seram? Ada juga perasaan itu awalnya, tapi anasir itu hilang pelan-pelan karena kalah oleh suara atau teriakan Aida... hahahaha

Haryoso Wicaksono said...

sak ngisore splendid ono Pasar Senggol (th 85-88-an), saiki Pasar Burung & buku loak-an, lek gak salah iku.

haris fauzi said...

ngisore spendid inn ndisik nek bengi digawe ngudang manuk...trus awane dodolan manuk...
mbuh manuke sopo...:D

Affan Alkaff said...

Salam kenal mas Haryoso... Betul mas, dan Anda sebut Pasar Senggol, saya jadi ingat masa lalu. Seingatku, pasar yang menjual penganan itu sengaja dibangun untuk mengubah imej wilayah di kanan-kiri Sungai Brantas itu yang identik dengan praktek prostitusi liar. Itulah sebabnya, Mas Haryo tentu ingat, nama Splendid imejnya jadi jelek... Dan ingat Pasar Senggol, ingat dulu orang tua saya acap jalan-jalan ke sana, untuk beli kue terang bulan (Di Jakarta kemudian disebut martabak manis), selain kacang rebus, dan dibagi kepada anak-anaknya.. Senang sekalai jaman itu dapat oleh-oleh makanan itu... Tapi beberapa tahun kemudian, Pasar Senggol itu ditutup, dan berganti pasar burung. Saya tidak tahu kenapa. Belakangan pasar loak ikut dipindah, tapi di sana berdiri semacam sanggar seni milik Dewan Kesenian kota Malang... Mas Haryo, ingat juga kan di dekat perumahan Dosen IKIP (yang bangunannya lama itu) ada pohon rindang serta kuburan yang tak jelas milik siapa, serta pemandian Senaputra, serta dengan stasiun radionya (ingat penyiarnya bernama Ovan Tobing?)... Di sana dulu ada pula tukang pangkas rambut, di mana saya acap diajak ayah ke sana.. Ah, Splendid.. ah, kota Malang di masa lalu...

Affan Alkaff said...

Ha,ha,ha... Ris, ingat Splendid masa lalu, saya jadi istilah "balon" (Sepertinya warga Kota Malang saja yang paham istilah itu)... Saya jadi ingat, dulu ada temanku yang mbeling dan terkena "raja singa", gara-gara acap main ke sana. (Kau ingat Ris, kalau ada gropyokan, yang terlihat kemudian adalah kepulan asap dari gubuk-gubuk kertas di pinggiran sungai itu..).
Aku jadi ingat pula, saya harus lari sekuat tenaga saat melewati daerah itu, untuk ikut sholat subuh di mesjid Ahmad Yani, setiap hari tertentu -- saat itu tempatku sekolah, yaitu SMA Islam, mewajibkan murid-muridnya untuk ikut sholat subuh di sana, pada hari tertentu.
Nah, karena takut terlambat, aku lewat jalan pintas lewat Splendid.. Dulu, tempat itu masih tergolong seram... Saya nggak tahu, bagaimana kondisi persisnya wilayah itu...

Affan Alkaff said...

Ha,ha,ha... Ris, ingat Splendid masa lalu, saya jadi istilah "balon" (Sepertinya warga Kota Malang saja yang paham istilah itu)... Saya jadi ingat, dulu ada temanku yang mbeling dan terkena "raja singa", gara-gara acap main ke sana. (Kau ingat Ris, kalau ada gropyokan, yang terlihat kemudian adalah kepulan asap dari gubuk-gubuk kertas di pinggiran sungai itu..).
Aku jadi ingat pula, saya harus lari sekuat tenaga saat melewati daerah itu, untuk ikut sholat subuh di mesjid Ahmad Yani, setiap hari tertentu -- saat itu tempatku sekolah, yaitu SMA Islam, mewajibkan murid-muridnya untuk ikut sholat subuh di sana, pada hari tertentu.
Nah, karena takut terlambat, aku lewat jalan pintas lewat Splendid.. Dulu, tempat itu masih tergolong seram... Saya nggak tahu, bagaimana kondisi persisnya wilayah itu, apakah masih dipakai "ngudang manuk", Ris...