Oct 24, 2007

pucuk pinus di coban rondo




BELUM lengkap plesir ke Malang, kalau tidak mampir ke Batu atau Pujon. Kalimat ini sudah jamak di kalangan wisatawan dan warga kota itu. Dua wilayah tersebut, yang berdekatan, memang sasaran tempat rekreasi idaman karena iklimnya yang dingin. Saya pun selalu menyempatkan mendatanginya...

Dihiasi dan dipenuhi pohon pinus, kawasan tinggi Pujon letaknya di atas kota Batu, di lereng Gunung Arjuno. Dari kota Malang sekitar 20 kilometer jaraknya, sementara dari kota Batu hanya memakan waktu sekitar 15 menit dengan mobil pribadi.

Di wilayah itu berdiri berbagai tempat wisata, seperti Songgoriti (masih ingat tersangka teroris Azahari, yang tertembak di Songgoriti?), Dewi Sri (pemandian), serta air terjun Coban Rondo. Sementara ke arah berlawanan, tapi masih di lereng Arjuno, ada tempat wisata Selecta (pemandian peninggalan Belanda) dan Cangar...

Air terjun Coban Rondo, selain Selecta, akhirnya kami pilih sebagai lokasi wisata. Bersama istri, aku ajak anakku (Aida) dan 3 orang keponakanku menuju tempat tersebut..

Pemandangannya lumayan indah, melewati deretan pohon pinus dengan udara nan sejuk. Saat melalui tanjakan berbelok di kawasan Pujon, jalanan masih terlihat ramai, tapi saat belok menuju kawasan air terjun, suasananya berubah sepi. Asyik sekali...

Tiket masuknya tidak terlalu mahal, dan di pintu masuknya menjual aneka penganan. Jadi jangan khawatir kelaparan. Cuma yang bikin agak kesal, para pengunjung tidak bisa menjaga kebersihan. Jarak antara lokasi parkir dan air terjun juga tak terlalu jauh -- anak-anak dijamin tak merasa capek...

Dan apa komentar pertama anakku, saat menjejakkan kaki di sungai jernih itu? "Wah, airnya sedingin es batu!" teriaknya kegirangan. Sikap serupa juga ditunjukkan 2 orang keponakanku. Kami, minus istriku yang memilih menepi, lantas mendekati air terjun... Sempat dikejutkan juga dengan kehadiran belasan kera, tapi mereka akhirnya kabur ke atas bukit...

Tidak jauh dari lokasi, pengelola menyediakan toilet serta kamar kecil. Jadi kami bisa bersih-bersih. Di jalanan menuju lokasi juga disediakan papan informasi tentang sejarah terbentuknya air terjun itu serta mitos-mitos yang melingkupinya..

Beranjak sore, kami pun segera beranjak dari tempat itu. Tidak kalah dahsyat, jalan keluar dari air terjun itu juga luar biasa indah. Pohon pinus yang berderet-deret sepertinya menyapa kami agar kelak bersedia mampir kembali. Saat mobil kami (mobil bakpao, begitu kami menyebutnya) melewati jalanan Pujon, perut keroncongan menuntut kami berhenti sejenak. Warung-warung banyak dijumpai di sini. "Payung" begitulah sebutan warga kota Malang atas warung-warung yang menjual jagung bakar, roti bakar, mie instant hingga susu segar...

Sampai petang beranjak malam, kami habiskan waktu di warung itu, seraya menikmati kabut yang mulai turun, juga kelap-kelip lampu dari kota Batu...
Coban Rondo kami akan datang lagi...



40 comments:

eny abdat said...

ni di payung yach...hehehh tepat nongkrong aku dl kl pas bolos sekolah

eny abdat said...

masyaallah...aku gak bosen liat nya,sering banget kudatangi tpt ini
apalagi kl ada tamu pasti aku ajak kesini

eny abdat said...

hemmmm...kota batu...
disanalah salah satu rumahku diantara rumah2 kecil itu

eny abdat said...

kangennnnnnnnnnnnn.....nyaaaaaaaa....
jadi pingin plg ne

sensen gustavsson said...

Ini toh.. mobil yang lukisannya Aida... mungil, he..he..

suluhpratita ... said...

air terjunnya cantik...
tapi kenapa namanya "coban rondo" ya..?
pasti menarik legendanya...

sensen gustavsson said...

wah.. indomie pake telor ya? Jadi ikut ngiler dan lapar nih..

Nadrah Shahab said...

ihhh enak bener liburannya...:) pasti aida senang banget...:D

Affan Alkaff said...

betul eny, itu di 'payung' Pujon, tepatnya di payung 3.. Sekarang payungnya (maksudnya atapnya) tak lagi berbentuk payung, tapi kotak dengan berhiaskan iklan perusahaan tertentu... Bukit di sekitarnya yang sempat gundul, sekarang mulai ditanami lagi... Di lokasi tak jauh dari situ, ada aktivitas terbang layang... Iya jadi ingat jaman sekolah, kalau bolos larinya ke sana :)

Affan Alkaff said...

.. memang tak akan pernah bosan kalau ke coban rondo, apalagi kalau ngajak anak-anak, kloplah..:)

Affan Alkaff said...

tentu kenal ya dengan mendiang Munir, yang asli Batu itu..:)

Affan Alkaff said...

.. ya, segera pulang Desember nanti.. ada restoran masakan Timur Tengah di kota Batu (aku lupa namanya) yang masih buka... (sayangnya aku kemarin nggak sempat ke sana, kalau tak salah masih tutup saat itu) hahahaha :)

Affan Alkaff said...

Betul Sen, itu mobil bakpao yang dilukis Aida (dan aku).. Ukurannya kecil, kecil sekali, mirip mobilnya Mr Bean... Untungnya aku dan istriku ukurannya mini, jadi kloplah.. :)

Affan Alkaff said...

hehehe sorry Ta, aku saat ke air terjun itu, tak sempat baca papan yang isinya menjelaskan mitos di seputar nama Coban Rondo... 'Ntar kucarikan dulu ya.. :)

Affan Alkaff said...

enak dan bikin ngiler Sen, utamanya saat lapeer di tempat dingin... 2 orang keponakanku itu sampai tambah 2 piring! :)

Affan Alkaff said...

Itu yang bikin Aida nggak mau pulang, Ndra, utamanya karena ketemu banyak sepupunya.. :)

Yiyik K said...

Alat musiknya lumayan mengagumkan. Musiknya bagus nggak Fan? :)

Andreas Purwanto said...

Udah musim duren belon di Pujon?

Affan Alkaff said...

lumayan berirama, Yik... Dan tahu nggak, aku langsung menari di tempat itu, yang bikin bengong anak, istri dan para keponakan. "Walid norak," celetuk anakku... hehehe

Affan Alkaff said...

sepertinya belum, tapi aku tak tahu persis, Item. Soalnya, lokasi kebun duren itu banyak di wilayah Ngantang, ke arah utara Pujon. Nah, saat aku lewati Ngantang dari Kediri, hari sudah malam... jadi nggak terlihat persis...

Andreas Purwanto said...

Rumah Makan Kairo yang deket lampu merah? Menunya gule kambing pake kacang ijo?

Affan Alkaff said...

Betul kawan Item! Kau rupanya pernah mencicipi masakannya ya? Memang nikmat makan yang 'panas-panas' di iklim dan tempat yang sejuk... Kapan persisnya kau ke sana? Ceritalah...

Andreas Purwanto said...

Ada sejumlah kesempatan melintasi jalur itu beberapa tahun lalu. Saat melancong ke sejumlah keluarga bapak mertua di Tulung Agung, saat menyiapkan berdirinya pabrik tiwul instan di Blitar, pun saat berencana membeli sebuah vila dekat Sengkaling...

niniel wda said...

udah lama nggak kesini heheh

Affan Alkaff said...

agaknya kau lebih sering ke sana, Tem, ketimbang aku...

Affan Alkaff said...

kapan terakhir ke sana, Nil?

niniel wda said...

hihihi... 25 tahun lalu..kekeke

Affan Alkaff said...

ya, ampun, lama amat.. ada yang berubah nggak Nil? :)

eny abdat said...

ya gak lahhh...cairo kan baru2 aja buka cabang dari kota malang.kl rumah makan yg lama itu RUMAH MAKAN MESIR,dan RUMAH MAKAN JEDDAH

eny abdat said...

YA IYA LAH TAU...JAMAAH DI BATU INSYAALLAH ANA KNAL SEMUA,KECUALI PENDATANG BARU

Affan Alkaff said...

ups, ya, itu namanya rumah makan mesir dan jeddah... ini koreksi buat si Item juga :) Makasih Eny...

Affan Alkaff said...

sedih, sedih kalau inget Munir.. dia teman kuliah juga teman di Jakarta :(

niniel wda said...

Sepertinya begitu.. Tapi sudah lama gak kesana.. gimana bandinginnya? hehee

Affan Alkaff said...

gampang Nil, lihat-lihat foto di atas dan coba inget-inget apa yang terjadi 20 tahun lalu itu.. huahahahaha... :)

Vania Koeberlein said...

maem mie ya anget2 pasti wuenak tenan....di Jerman untung ada Indomie, jd makanan darurat klo adem2 dan luwe...

Vania Koeberlein said...

tunggu ya.....tahun depan aku datang...insya Allah amien

Affan Alkaff said...

betul Vania, nikmat sekali makan indomie yang panas, dan pedas, di lokasi yang sejuk, apalagi kalau lapar... wuaah.. hehehe... Seperti apa indomie di Jerman? Buatan mana?

Affan Alkaff said...

..ditunggu kedatangannya di coban rondo.. :)

Vania Koeberlein said...

lo podo mas indomie Indonesia jg yg di expor kemari tapi yo ngono satu bungkus hargan e sekitar 50 sen alias 6000rp

Vania Koeberlein said...

ok...c u...hehehhe