Oct 28, 2007

Pemandian Selecta dan perosotan tua...




MENENGOK masa lalu. Itulah yang kulakukan saat saya dan keluarga mendatangi tempat wisata Selecta (di kota Batu, dekat kota Malang), beberapa hari setelah lebaran kemarin. Disebut masa lalu, karena tempat plesiran itu nyaris jauh tertinggal dibanding lokasi wisata baru yang bertebaran di kota Malang dan sekitarnya...

Dan jejak masa lalu itu, ternyata masih utuh. Fasilitas wisata dan pemandian yang didirikan tahun 1928 itu, ternyata nyaris tidak berubah! Hampir semua bangunan dan monumen yang ada di tempat wisata yang berlembah dan berbukit itu masih seperti dulu..

Dua bangunan induk (persis di depan kolam renang), yang disain eksteriornya mirip art-deco, terlihat masih lengkap. Balkon betonnya yang luas (di mana kita bisa minum kopi seraya menikmati lembah selecta), juga dibiarkan seperti sedia kala.

Atapnya yang menjorok ke depan pun tidak dibongkar -- di sini, saya selalu membayangkan tuan-tuan tanah Belanda menghabiskan sore seraya menyedot cerutunya...

Tapi, yang membuat aku terperangah (dan senang), pengelola pemandian ini tidak membongkar perosotan besi yang panjang itu -- sekarang banyak yang pakai fiberglas, tentunya. Dulu, saya kecil selalu ketakutan membayangkan bagaimana merosot di papan besi itu..

Mulai papannya yang terbuat dari besi, tangganya, sampai pegangannya, dibiarkan seperti dulu -- saya lantas membandingkan foto saat saya datangi lokasi yang sama di awal tahun 70-an, dan memang tak ada yang berubah..

Di ujung lainnya, mereka juga tidak mengganti papan loncat -- yang terbuat dari besi dan kayu. Skrupnya yang besar-besar dan besinya yang tebal tampaknya dibiarkan -- kecualinya catnya yang berganti-ganti. Dan orang-orang masih bisa menggunakan fasilitas renang itu, sampai sekarang..

Dan ruang ganti pakaian (buat yang berenang), yang letaknya di bawah balkon restoran itu tadi, nyaris tidak berubah pula -- tetap berlapis beton dan pintu kayu warna biru pucat...

Itulah sebabnya, ketika kami memutuskan ke Selecta (semula kami berencana ke tempat wisata Jatim Park, tidak jauh lokasinya, yang lebih kosmolit, tapi batal karena penuh..), sayalah yang paling bersemangat. Sebaliknya, anakku setengah merengek, minta ke lokasi wisata yang pertama dituju...

Dan ketika mobil itu melewati komplek wisata itu (ada kebun apel di sekitarnya), saya biarkan mataku menatap masa lalu itu sepuasnya. Sebelum memasuki lahan parkir, ada puluhan bangunan (via dan hotel) peninggalan kolonial Belanda yang berjejer rapi -- sayangnya, kami tak memilih menginap di tempat itu...

Setelah ticket di tangan, saya pun bergegas menuju dua bangunan idaman -- yang tetap menjadi restoran. Kuselidiki setiap sudut, ternyata tak ada perubahan. Kulihat pula kursi, masih kayu lipat seperti dulu. Di dinding cafe itu, terpampang tulisan kenang-kenangan dari Presiden Soekarno di tahun 50-an...

Namun siang itu, saya melancong ke Selecta tentu saja tak melulu untuk menatap bangunan dan melamun ke masa lalu. Dalam rombongan itu, ada 4 anak kecil, satu diantaranya adalah anakku (Aida), yang punya logika sendiri dalam mendatangi sebuah tempat wisata. Jadi, saya pun ikut menemani mereka berenang (airnya dingin sekali!) dan bermain becak mini... (ha,ha, ha.. saya jadi ingat Sutan Syahrir, yang selalu memilih bermain dengan anak ketimbang berkutat dengan buku-bukunya..)...

Pemandian Selecta, menurut data yang kuakses di internet, dibangun tahun 1928 oleh seorang warga Belanda yang bernama Reyter Dewild. Tidak dijelaskan siapa orang ini, dan tak ada keterangan pula kenapa diberi nama Selecta. Tapi kufikir tempat wisata itu dibangun pada sebuah lokasi yang strategis -- sebuah lembah berbukit dan ngarai seluas 20 hektar di lereng Gunung Wlirang dan Arjuno..

Dulunya tempat ini biasa didatangi pejabat kolonial Belanda, dan setelah Indonesia merdeka ganti pejabat Indonesia yang mengunjunginya. Saya ingat, di buku biografi Bung Hatta, yang berisi foto-foto, Selecta menjadi tempat plesiran para peserta Sidang KNIP kedua di Malang, tahun 1947 -- saya lantas membayangkan orang seperti Hatta yang serius, Syahrir, dan Amir Syarifudin dengan pipa cangklongnya, bergurau di ketinggian seribu seratus meter di atas laut itu...

27 comments:

eny abdat said...

disini dl tempat aku blajar berenang,ada gurunya looo...waktu aku masih klas 6 sd
seminggu 2x,aku dianter ibuku."mas ANANG"nama gurunya

eny abdat said...

disini juga tempat kenalan pertama ku dgn temen specialku

niniel wda said...

Hehe.. kebayang deh. Bapaknya semangat 45, Aidanya manyun. Sabar ya nak.. bapak lagi pengin nostalgila nih.. hahahaha

niniel wda said...

belum berubah ya.. sudah lama juga gak kesana..

haris fauzi said...

ha,ha, ha.. saya jadi ingat Sutan Syahrir, yang selalu memilih bermain dengan anak ketimbang berkutat dengan buku-bukunya..)...


memang, rengekan anak mengganggu konsentrasi.....
dan lantas...byar..haa.. haa.. haa... kita jadi ikutan bermain.....:)

boru martombak said...

kayak na ini nostalgia dengan ngikutin anak :D,sabar yah 'dek ......

Affan Alkaff said...

En, dari dulu aku selalu memilih berenang di kolam dangkal (lihat foto itu)... ini bukan perkara nostalgia, tapi aku memang nggak bisa berenang.. hehehe... Jadi, kau jago berenang dong? :) Kapan terakhir ke selecta?

Affan Alkaff said...

ah, alangkah senangnya mengenang teman special itu.. :)

Affan Alkaff said...

Iya Nil, semenjak mobil kita ninggalin Jatimpark, dia selalu bertanya "kok nggak jadi". Dia agaknya nggak terima kenyataan kalau jatimpark penuh... Dan sepanjang perjalanan menuju Selecta, dia betul-betul pasang muka manyun, sampai dia nggak mau kugandeng (dia akhirnya memilih berlabuh pada neneka dan ibunya...) Baru setelah kuajak naik beca, mobil-mobilan itu, berenang, dan bermain di taman bunga, barulah senyumnya mengembang...:)

Affan Alkaff said...

tentu lama nggak ke sana, setelah nggak di Blitar lagi ya.. :)

Affan Alkaff said...

.. hehehe Haris, kalau toh aku akhirnya ikut berenang dan naik becak itu, tentu bukan semata karena tuntutan anak... soalnya setahuku jiwa kita tetap anak-anak, cuma fisik kita yang berubah.. setuju nggak Ris? hahahaha :)

Affan Alkaff said...

Ron, ini seperti simbiosis mutualisme ya... Tapi sejujurnya, asyik juga berenang dan naik becak :)

boru martombak said...

akur dech mas.... * ngelirik aida.... ;)*

Affan Alkaff said...

ganti aku yang *ngelirik Aida*... huahahaha..

Toto_Waluyo . said...

bunyi wasiatnya gimana mas?

Affan Alkaff said...

hehehe.. 'wasiat' maksudnya kayak kata kenang-kenangan seperti tertulis dalam teks (dalam foto) itu.. :)

purwanti setia said...

asyik, ke selekta juga. bakso selecta itu bakso kuno yang paling enak yang kukenal di seantero malang. sempat nyicipin gak? oh iya, mas affan gak ke mendit ya? mendit bentar lagi jadi jatimpark2 di malang, potensinya khan bagus tapi tak pernah dikelola dengan baik. sekarang sudah ada investor, tahun depan datang ya ke mendit. dekat rumahku tuh

Atiek Soeroso said...

Aduh asyiknya jalan-jalan & bernostalgia. Ngeliat foto selecta, aku jadi ikut bernostalgia nih...

Affan Alkaff said...

Pur, sayangnya aku nggak mampir ke warung bakso kuno, seperti yang sampeyan ceritakan... Di sebelah mananya? Enak mana dengan bakso stasiun, yang pentolnya segede bola tenis itu?:)))

Mendit? Wah, kemarin udah kebayang, tapi setelah tahu nggak pernah dikelola dengan baik, saya nggak kepikir ke sana.. Kayaknya terakhir ke sana saat opspek jaman SMA.. Masih banyak monyet dan ularnya, Pur? (tahun 73, kami sekeluarga ke sana, ketemu ular segala... hehehe)

Seperti apa sekarang Mendit, Pur? Siapa yang akan mengelolanya nanti? Cerita ya...

Affan Alkaff said...

Halo Atik.. maaf lahir batin, dan salam untuk Hendra dan Rara...:)

Hehehe.. soal nostalgia, memang menyenangkan Atik. Agaknya kita sudah semain tua ya, jadi penginnya terkadang ingin lihat masa lalu...:)

Terakhir kapan ke Selecta, Tik?

purwanti setia said...

baksonya ya ada di dalam selecta mas, bisa di restonya bisa juga di pinggir kolam. enak banget, sebenarnya sama kayak bakso stasiun, rasa bakso kuno malang. apalagi makan di ahwa dingin bgt. mm netes de. ok kapan2 aku cerita soal mendit

Atiek Soeroso said...

E... iya, maaf lahir bathin juga fan. Salam juga buat Inong & Aida. Terakhir ke selecta? Wah udah jadul banget deh, jaman smp....... waktu itu ada tk bakso yang kalo mau menghidangkan dagangannya mesti naik tangga yang tuinggiii banget. Masih ada nggak ya sekarang? Eh itu selecta atau sengkaling ya? Oiya apa kabar juga ya, Mendit? Hihihi..... bernostalgia lagi... Macam sudah umur 60 saja :)

Affan Alkaff said...

Seingatku, yang harus bertangga untuk beli bakso itu, di Sengkaling... Aku ingat, penjualnya berada di jalan kecil di pinggir sungai -- di sana dia meletakkan rombong baksonya. Nah, pembelinya ada di atas, dipisahkan tembok berbatu. Melalui tangga itulah, si penjual memberikan pesanan bakso kepada pembeli... heheheh (jaman dulu, kayaknya untuk makan saja, butuh perjuangan ya...:))

Kemarin, sempat ada pertanyaan: ke sengkaling atau selecta ya, setelah tahu Jatim park (ini tempat wisata baru) dipenuhi pengunjung. Akhirnya kita memilih ke Selecta...

Jadi, kami nggak tahu seperti apa Sengkaling sekarang -- saat melewati Sengkaling, kami hanya mendengar dentuman musik dangdut... hehehehe .. Rupanya pemandangan seperti juga ada di Selecta..:)

Mendit? Yang kuingat dari tempat plesiran ini adalah ada kera, dan dulu ada ular pula...

Pakne Thole said...

mas saya boleh ngunduh fotonya ya?

Affan Alkaff said...

silakan mas Fajar...

Ahsan 'Glen' Andi Husain said...

Hahahaha...bener Fan. Selecta ini udah tuir banget. Dulu kalau ke Jatim rasanya belum sah kalau belum ke Selecta.... Waktu masih kecil gue sering banget diajak berenang disini. Tapi airnya Fan ampun dinginnya, mau renang malah kedinginan

Affan Alkaff said...

Betul Bung Glen, itu pemandian yang dulu acap dijadikan rujukan, jika musim liburan atau akhir pekan tiba. Dan kau betul, airinya dingin sekali. Bung, yang belum kesampaian sampai sekarang, adalah naik bukit terjal di samping lembah itu.... Konon banyak kera di sana... :)