Oct 5, 2007

The Miracle Match

Rating:★★
Category:Movies
Genre: Drama
APAKAH betul kemenangan tim sepakbola Amerika Serikat (AS) atas Inggris di Piala Dunia 1950, hanya karena faktor seorang keturunan Haiti yang bernama Joe Gaetjens? Dan apa warna kostim Inggris dan AS saat itu? Serta, mengapa pemain sayap legendaris Stanley Matthews tak dipasang dalam pertandingan yang selalu dikenal tersebut? Serta, seperti apa persisnya gol satu-satunya?

Deretan pertanyaan inilah yang menggodaku untuk menonton filem The Miracle Match -- sebuah filem drama yang berlatar sejarah pertandingan sepakbola yang melegenda itu.

Di luar semua itu, filem berdurasi sekitar 100 menit yang didasarkan buku The Game of Their Lives karangan Geoffrey Douglas ini, boleh kusebut biasa-biasa saja -- tak ada yang istimewa. Filem produksi tahun 2005 ini lebih menyoroti kisah sebagian para pemain tim Amerika Serikat, utamanya yang berasal dari daerah St Louis dan New York. Bangunan cerita dimulai dua pekan sebelum pertandingan hingga kemenangan itu diraih.

Dan dibumbui sedikit konflik, cerita filem ini diawali seorang wartawan muda yang mewawancarai saksi mata pertandingan yang terjadi 57 tahun lalu ini -- yang ternyata juga seorang jurnalis (Dalam kisah nyatanya, pertandingan ini diliput satu-satunya wartawan AS yaitu Dent McSkimming dari surat kabar St. Louis Post-Dispatch). Wawancara ini berlangsung di sebuah stadion, saat bertanding dua klub anggota Liga AS. Gambar perlahan-lahan pindah ke sebuah lapangan bola di tahun 1950...

Untungnya sebelum menonton filem yang dibintangi Gerard Butler, Zachery Ty Bryan, dan Wes Bentley ini, aku sudah membaca sejumlah artikel di seputar peristiwa pertandingan tersebut. Sehingga pemahaman itu bisa membantu saya mengenal para pemain -- bayangkan betapa tidak menariknya menonton filem ini jika sebelumnya mereka tidak mengetahui sejarah pertandingan itu.

Para pemain AS yang melegenda itu adalah sang kiper Frank Borghi (keturunan Italia, dan dia begitu ditonjolkan dalam filem ini), Frank Wallace (dia dipanggil 'Pee Wee'), serta Charlie Colombo yang main begitu kasar sehingga pemain Inggris Stanley Mortensen pun menjadi korban.

Para pemain lainnya adalah Walter Bahr, Gino Pariani (dalam filem ini dia menikah sebelum ke Brazil), Joe Maca (setelah piala dunia berakhir dia merumput di belgia) hingga John Souza (yang terpilih dalam tim all star pada piala dunia 1950), serta tentu saja Joe Gaetjens -- yang disebut terakhir ini adalah pemain asal Haiti, yang di dalam filem ini digambarkan sebagai tukang masak sebuah restoran. Sebagian besar pemain AS adalah para imigran -- bahkan sebagian diantaranya adalah berpaspor asing (fakta ini kemudian dibesar-besarkan sebagai faktor kenapa Inggris kalah dalam pertandingan itu..)

Puncak filem ini adalah pertandingan itu sendiri yang digelar di Stadion Independência, kota Belo Horizonte, 29 Juni 1950. Warna kostim AS putih (dengan garis merah melintang di dada seperti kostim Peru), celana biru tua, dan kaos biru tua. Sedangkan kostum tim Inggris: biru tua, celana putih dan kaos kaki biru tua.

Pada filem ini juga diperlihatkan bagaimana terjadinya gol satu-satunya. Diawali serangan balik (Inggris dilaporkan menguasai pertandingan), melalui sayap kanan, Walter Bahr mengumpan bola lambung ke arah gawan Inggris. Bola setinggi pinggang itu kemudian disambar Gaetjens pada menit ke-37 babak pertama .. dan gol! (kamera filem kemudian mengarah ke seorang wartawan BBC yang melaporkan pertandingan itu).

Filem ini juga merekonstruksi kejadian pelanggaran pemain belakang AS Charlie Colombo yang melanggar Stanley Mortensen -- yang dikenang sampai sekarang. Wasit Datillo dari Italia ternyata tak menghadiahkan pinalti, walau disebut-sebut pelanggaran itu di dalam kotak finalti.

Saya juga menjadi lebih tahu kenapa pemain sayap kesohor Stanley Matthews tidak dipasang dalam pertandingan itu. Seorang pemain AS mengutip keterangan pers, mengatakan, "Stanley Matthews tak akan dipasang nanti, karena dia istirahat untuk pertandingan berikutnya."

Frank Borghi, kiper AS, dalam filem itu digambarkan berulang kali menyelamatkan gawang dari serangan Inggris yang dimotori Tom Finney, Mortensen, hingga Mannion (ada beberapa catatan sejarah yang menyebut kemenangan itu juga karena kemampuan Borghi berulang kali menyelamatkan gawang AS). Dalam tim Inggris ikut serta Alf Ramsey, di posisi bek, yang nantinya menjadi manajer negara itu saat menggondol juara dunia di tahun 1966.

Di akhir filem, pemain AS merayakan kemenangan itu. Kamera kemudian mendekati kerumunan para pemain negara itu. Juga, adegan para penonton menggotong Gaetjens, yang diabadikan koran-koran, direkonstruksi ulang. Secara perlahan, kamera kemudian pindah ke masa kini, saat sebagian pemain yang masih hidup disorot kembali -- disaksikan para pemain liga AS pada masa sekarang...

3 comments:

boru martombak said...

auch ah darkness ,belum lahir dunk tahun 1950 :D

suluhpratita ... said...

hadyuh..bal-balan...
aku makhluk yang nggak paham bola...:p

Affan Alkaff said...

hehe.. maap, maap, saudara-saudara... ini memang konsumsi penggila bola :) Dan penulisnya lagi kesemsem sepakbola jadul...:D