Aug 30, 2007

Abu Dhabi, Desember 2006




DIBANDINGKAN Dubai, kota Abu Dhabi, ibukota administratif Uni Emirat Arab, jauh lebih tenang. Jauh dari hiruk-pikuk seperti kota tetangganya itu. "Dan berkunjunglah pada sekitar Desember, maka hawanya akan terasa nyaman," begitulah pesan seorang kerabat, yang lebih dari 10 tahun tinggal di negeri kaya-raya itu.

Usai liputan perhelatan olahraga se-Asia pada Desember 2006, aku mampir ke Abu Dhabi. Selama dua hari aku habiskan waktu di antara kota Abu Dhabi dan Dubai -- yang berjarak sekitar 2 setengah jam perjalanan dengan kendaraan roda empat.

Kalau di kota yang saya sebut terakhir, semuanya serba kosmopolitan dan begitu hiruk-pikuk, maka Abu Dhabi menurutku sebuah kota tetirah -- asyik sekali untuk dibuat melamun, begitulah. Dan memang, waktu seolah berjalan lebih lambat di kota ini. "Walaupun begitu, janganlah terlalu heran jika kota ini masih terlihat kosmolit. Gampang sekali menemui turis bule di sini, dan tak masalah," jelas kerabatku itu...

26 comments:

NoviKhansa Utami said...

saya juga pernah berkunjung ke abu dabhi, tapi hanya untuk transit. melihat-lihat foto-foto ini bener-bener menggambarkan kota abu dabhi yang tenang, bersih dan indah banget. berkunjung ke kota yang begitu tersusun rapi dan teratur. oh, ya... kenapa tidak ada foto bandara abu dabhi yang atapnya berbetuk bola itu?
makasi

salam kenal

Affan Alkaff said...

terima kasih, dan salam kenal.. Saya tak punya gambar bandara Abudhabi, karena saya datang via Dubai. Memang waktu dua hari, dengan diselingi ke Dubai, maka praktis tak semua tempat bisa dikunjungi.. Tapi memang Abu Dhabi lebih tenang, rileks, dan bersih...

agung ainul said...

Pulang Kampuuuung yaaaa...?
Hehehehe
Serasa ke Malang nggak ??

agung ainul said...

Sama nggak Merpati Arab ama disini ??

Affan Alkaff said...

menengok akar yang hampir tercerabut, Gung, lebih persisnya..:)
Lebih dingin dari Malang kalau bulan Desember, tapi pada Agustus panas sekali...
Merpati? Sama saja Gung...

krisna diantha said...

merpati ini bisa terbang jauh untuk migrasi
merpati di lucerne asalnya dari india

aya blue said...

Fotonya keren banget...
Andaikan... indonesia setenang dan sebersih disana... tuambah nyaman deh..
Kapan ya bisa kesana juga???
:(

Lita Koeswandi said...

Bagus nih photonya...

Lita Koeswandi said...

Keren banget ya Fan, kotanya. Jadi pengen ke sana euy!

Affan Alkaff said...

serius, Kris, merpati yang ada di Lucerne itu berasal dari India? Lalu kira-kira dari mana ya Merpati di Abu Dhabi itu...

Affan Alkaff said...

itu lokasinya di sebuah bebatuan sisa-sisa reklamasi pantai.. hasil uang minyak yang bingung mau dikemanakan :) Tapi memang rajanya (yang baru saja meninggal) punya hobi memperindah kota dengan bunga-bunga dan taman...

Affan Alkaff said...

Lit, ini aku ngambilnya sembunyi-sembunyi, saat lagi nongkrong di taman... itu juga pantai hasil reklamasi... Kalau mau ke sana Lit, lebih baik bulan Desember.. sejuk, dan jangan bulan Agustus.. panas!

Emilda Zaini Rosén said...

kayaknya kotanya bagus dan rapi.. tapi kok kayak gak ada orang fan?

Affan Alkaff said...

aku nggak datangi semua sudut kota itu, Mil.. Tapi sebagian yang kudatangi memang bersih, dan terlihat lengang. Penduduknya nggak padat, dan orang-orangnya jarang keluar -- yang pakai mobil mungkin lebih banyak, utamanya lelaki. Paling-paling yang ramai di mal, Mil..

sensen gustavsson said...

Bagus Fan, ini pantai ya? Atau kolam renang raksasa, he..he.?

Affan Alkaff said...

pantai hasil reklamasi, Sen.. Jadi, selain di tempat saya mengabadikan potret itu, di ujung sana itu mereka menguruk pasir, untuk dijadikan daratan. Dan tak jauh dari tempat saya, ada taman yang lumayan nyaman, dan ditata rapi -- orang sana gemar membuat taman, karena dianggap gengsi, karena mesti merawat dengan air yang relatif mahal...

haris fauzi said...

mas affan sempat ke pinggiran kotanya ga ?

Affan Alkaff said...

Pinggiran kota, maksudnya pedesaan atau kota kecilnya? Kalau itu yang dimaksud sebagai 'pinggiran', saya pernah mampir -- saat melakukan perjalanan ke sebuah kota kecil (mungkin kota kecamatan, kalau di Indonesia) di antara Dubai dan Abudhabi. Yaitu ketika menjemput kerabat perempuan dari asrama tempat dia kuliah di fakultas jurusan arsitektur.

Sebuah kota kecil, tapi aku lupa namanya -- sepertinya dikhususkan untuk studi. Waktu itu malam hari, sepi, rapi, rumahnya besar-besar (dengan halaman luas dan berpagar) tetapi jarang jumlahnya.

Sisanya adalah padang pasir (ada daerah tertentu yang dipagari gunung, atau bukit, sisanya banyak yang landai), serta pohon-pohon kurma, pom bensin (bersih, ada minimarket dan tak jorok) dan taman-taman -- di negara itu, siapa yang punya taman luas nan indah, itu standar untuk mengukur status sosial pemilik rumah...

Di dalam perjalanan itu, saya tak melihat tenda orang badui, seperti yang terekam di media massa. Mungkin kalau saya ke tengah padang pasir (lebih ke tengah lagi), barangkali saya akan bertemu mereka, berikut untanya tentunya (saya baru dua kali lihat unta di negara itu: pertama, di musium, yaitu unta yang sudah diawetkan; kedua, saat melintas di jalan tol, kali 5 unta betulan tengah merumput...) :)

haris fauzi said...

mungkin kalo mas affan pengen liat onta mending ke taman safari puncak aja...:)

Affan Alkaff said...

hehehe.. betul kamu Ris :), nggak perlu jauh-jauh ya...

haris fauzi said...

mas affan,
kampung mas affan jauh lebih kosmopolitan ketimbang kampung leluhur saya di kaki gunung merapi...:)

Affan Alkaff said...

ah, bisa saja mas Haris.. :)

eny abdat said...

UDAH KAN LIAT MERPATI ARAB,KAPAN MAU LIAT MERPATI BLANDANYA?DATANG YACH KE AMSTERDAM SAMA ANAK ISTRIMU,TAK AJAK LIAT MERPATI AMSTERDAM NANTI,ADA TUCH GAMBARNYA DI MULTIPLYKU.

Affan Alkaff said...

heeem.. kapan ya? Menarik juga nih.. :)

a alifandi said...

Bagus-bagus fotonya Affan. Ketemu kakak di Abu Dhabi?

Affan Alkaff said...

Ketemu cak, dan lumayan mengobati rasa rindu, walau 'cuma' 2 malam... :)