Aug 30, 2007

Dubai, Desember 2006




SEBUAH kota yang tumbuh nan cepat, begitulah julukan yang ditahbiskan kepada Dubai -- sebuah daerah semi otonomi di Uni Emirat Arab. Bayangkan, wilayah ini dulu hanya tanah kerontang yang melulu pasir, tapi karena minyak semuanya berubah. Kini semua orang berpaling ke kota ini, entah untuk berbelanja, menanam investasi atau mencari hiburan. Dalam waktu dekat, bahkan, akan lahir gedung pencakar lahir tertinggi di dunia -- "ada kesan, warga Dubai yang kaya-kaya itu berlomba gengsi dengan bikin gedung yang paling jangkung," celetuk kerabatku. Kota itu juga didatangi para pekerja imigran dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia (Di sebuah mal raksasa di kota itu, saya makan siang di sebuah restoran, yang dikelola koki dan karyawan asal Indonesia -- lupa nama restorannya, tetapi menjual pizza yang terkenal). Dan sebagai kota kosmolit, dan semua warga dunia ada di sana, maka sulit membedakan apakah ini sebuah kota di Eropa atau Timur Tengah...

25 comments:

sensen gustavsson said...

la.. Fan, kirain onta beneran.. Emang gak sempet ketemu yang asli?

Affan Alkaff said...

Kalimat "Sulit melihat onta di Dubai atau Abu Dhabi", kukutip dari kerabatku, yang tinggal bertahun-tahun di wilayah itu. Barangkali, seperti sulit cari kerbau di tengah Jakarta, sama sukarnya melihat onta di dua tempat itu. Tapi saat aku menuju Dubai via jala tol, aku sempat melihat sekawanan hewan berpunuk itu di padang pasir...:)

ika ardina said...

namanya The Burj al Arab..

Lita Koeswandi said...

Pengen ke sana. Tapi, bukan pengen liat bagian modernnya, pengen liat desa-desanya

krisna diantha said...

berlebihan, ngabisin banyak energi saja

Affan Alkaff said...

Lit, kalau disuruh memilih tentu aku sepaham dengan idemu..:) Sayangnya, tempo hari, aku tak punya pilihan dan waktu...

Affan Alkaff said...

Lit, ide lihat panorama desa itu menarik, cuma sayangnya aku tempo hari tak punya waktu -- dan pilihan :) Penginnya saat itu nyusuri kanal yang membela Dubai. Kata kerabatku yang lain, dari situ ketahuan ratusan ribu buruh migran yang hidupnya menyedihkan, di balik gemerlap kota itu...

Affan Alkaff said...

itulah Kris, hari pertama setelah mendarat di Dubai aku minta di antar ke museum. Sisanya, aku menyesuaikan agenda para kerabat. Dan soal salju di dalam mal, aku setuju dengan Anda...

Emilda Zaini Rosén said...

Ini taunya yang punya orang Inggris juga lagi... :)

Emilda Zaini Rosén said...

indah...

Affan Alkaff said...

oh ya.. memang kayaknya mereka betul-betul mempraktekkan pasar bebas, siapapun bisa masuk, asal menguntungkan..

elok dyah said...

That is Burj Al Arab Hotel. Kualifikasi 7 stars hotel.

elok dyah said...

aku juga foto di samping onta itu Fan. hehehe... Itu onta asli lho yang diawetkan.

Affan Alkaff said...

hehehehe... betul Elok, dan kami nggak ke sana... (konon mesti bayar untuk memotret di areal hotel itu). Itu aku potret dari dalam mobil yang kutumpangi, di saat melaju menuju arah pusat Dubai... :)

Affan Alkaff said...

Paling menarik kunjungan ke museum itu, Elok... Aku sebetulnya ingin mengetahui kampung para imigran yang konon kumuh sekali... Tapi, berhubung ini program ikut jalan-jalan kerabatku (yang selalu ke mal), maka aku tak bisa menolak... heheheh. Elok sudah ke Baituta Mal...?

suluhpratita ... said...

yup..ini hotel paling keren seduniaa...hehehee..
takjub banget waktu nonton liputannya di discovery travel & living channel...

haris fauzi said...

sulit komentar nih, karena belum pernah tau padang pasir kaya apa...dan juga belum pernah ke eropa ...
tapi kalo liat fotonya memebingungkan memang.. ini eropa ato arabia ?

Affan Alkaff said...

ada godaan untuk ke sana saat itu, tapi nggak pernah kesampaian... tapi bangunan itu memang akhirnya jadi mascot Dubai. Cindera mata yang kulihat, baik di bandara atau di toko khusus, banyak berbentuk bangunan hotel itu... :)

Affan Alkaff said...

Itulah, Ris... Contoh riil bahwa globalisasi itu ada, itu bisa dilihat di dalam mal-mal di Kota Dubai. Orang-orang Arab yang sebagian berjubah, penutup kerudung, dan sebagian lagi menutupinya seluruh badannya, bisa dijumpai di sana. Namun di sisi, ada pula orang-orang Eropa atau Amrik, yang berpakaian seperti kita sudah tahu, juga berseliweran di sana... Walau begitu, di dalam mal yang berukuran besar, saya sempat mendengar adzan dari loudspeaker, dan di sana disediakan musholla yang relatif besar...

haris fauzi said...

trus yang gedung di atasnya ada lapangan tennis yang pernah di pake kejuaraan berhadiah mahal itu ada di dubai atau abudabi ya ? gedung apaan ?

Affan Alkaff said...

kalau nggak salah ya, Hotel Burj Al Arab itu, Ris... l

haris fauzi said...

mas affan,
tau kenapa onta jarang di situ ?
para onta tau kabarnya, ---lewat koran al-onta-news-- bahwa di museum itu ada onta yang di mumi-kan..dan mereka semua pada ketakutan...wekekekekek........

Affan Alkaff said...

huahahahaha... :)

rahman AbduRahman said...

kehidupan malamnya gimana bang? dugem2an ala arabia lah..he..he
(kabarnya di arab prostitusi bukan barang yang susah dicari..)

Affan Alkaff said...

Rahman, aku tak pernah lihat sendiri praktek prostitusi di Dubai, tapi kerabatku cerita, praktek seperti itu memang ada. Seorang wartawan televisi asal Indonesia juga cerita, ada lokasi di Dubai yang bisa didatangi jika pengin begituan.. Para pelakunya, mereka mengatakan, kebanyakan adalah pendatang asal Eropa Timur, walau ada juga dari tempat lain... (saya belum dengar apakah ada warga Indonesia yang praktek seperti itu). Di kota yang agak tenang seperti Abudhabi, kira-kira 2 jam dari Dubai, disebut-sebut juga mulai ada praktek seperti itu, walau sulit dibuktikan... :)