Aug 8, 2007

sepotong pilkada di TPS 02, Bintaro-Veteran




WALAUPUN agak malas, aku dan Ika, akhirnya mendatangi TPS itu, setelah mengantar Aida sekolah. Suasananya semula agak sepi. Sekitar pukul 8 pagi, antrian baru 4 orang, tapi belakangan antrian itu mulai menyemut.

Letak TPS-nya tak jauh dari komplek rumah, di sebelah mesjid, pada sebuah gang yang menjorok ke dalam. Lokasi coblosan ada pada sebuah halaman lumayan besar, yang kanan-kirinya berdiri rumah-rumah, serta jalan tol Bintaro. Sebuah tenda biru, lengkap dengan tributnya, dipasang di lapangan itu -- juga sebuah poster duet cagub yang saling bersaing.

Beberapa orang sudah kukenal karena mereka adalah para tetangga di dekat rumah-- ada satu orang tua yang terus protes karena dia menganggap kerja panitia lambat. Dia yang menggendong cucunya ini, juga secara tersirat agak enggan mencoblos -- tapi aku tak mengomentari, cuma tersenyum simpul.
Dan waktunya tiba ketika seorang panitia yang berkemeja batik memanggil namaku. Mereka mencocokkan kartu pilihku, dengan daftar nama di RT 01. Sempat dicek tidak ada, namun ternyata mereka yang salah -- yang betul ada di daftar lainnya.

Aku pun diberi sebuah lembaran yang ditutup rapi, yang akhirnya kubuka di kotak suara. Kulihat ada paku ukuran agak besar dan sebuah bantalan putih bersih. Sedikit agak cemas, tapi akhirnya kucobloskan paku itu -- persis mengenai seorang kandidat. Fiuh! Selesai? Tidak!

Selang beberapa detik, tanganku beralih mencoblos calona lainnya -- bles! Kututup rapat lagi kertas pilih, dan kumasukkan dalam sebuah kotak. Sebelum menuju pintu keluar, kucelupkan jari kelingking kiriku ke sebuah botol tinta kecil..
Aku sudah jelaskan kepada Ika, apa yang menjadi sikapku, Dia jauh-jauh hari juga melakukan hal yang sama.

Habis semua upacara itu, kita menuju ke dalam mobil, yang diparkir di ujung komplek. Kita lantas, seraya tertawa, menunjukkan kelingking kami yang kotor karena tinta, dan mobil kami pun menuju jalanan Jakarta yang senyap -- kemanakah mayoritas warga Jakarta pada hari itu, mencobloskah, atau apa? Bundaran HI yang kutatap dari ruangan kerjanya hanya diam...

2 comments:

ika ardina said...

ternyata kamera kita (atau karena kamu yang ngambil fotonya?) bisa menghasilkan gambar lumayan ya? hahaha

Affan Alkaff said...

hehe.. itu hasil karya sebuah kemauan (untuk mengabadikan apapun, dan setiap ada kesempatan), dan mungkin juga kebetulan... lalu? setelah itu barulah kameranya...