Aug 2, 2007

Cafe Teko, sebuah cerita...


hidangan nomor wahid milik Aida

"AIDA mau ke Teko... pokoknya sekarang...," rengekan ini selalu muncul dari mulutnya, setiap kami melancong ke kota Bandung -- tempat terjauh yang dia tempuh, selain kota Malang dan Surabaya. Dan, kami selalu mengiyakan permintaannya itu, walaupun selalu tidak serta-merta. "Iya, nanti kita ke sana. Kamu mau makan poffertjes, kan?" Senyumnya lantas mengembang mendengar jawaban seperti itu.

**
SELAIN makanan bulat-bulat seperti apem itu tadi (tapi disertai gula putih atau madu), Aida punya alasan lain kenapa dia menyukai Cafe Teko: rumah di atas pohon dan sebuah toko kecil yang menjual boneka kain. Semuanya berada di dalam komplek cafe itu -- hanya sepuluh langkah dengan kaki kecilnya, melewati gundukan tanah berumput pendek, dia sudah berada di tangga bergoyang menuju rumah di atas pohon itu (sayangnya, rumah pohon ini tidak terawat -- kayunya sudah kusam dan berdebu).

**
DAN, bagaimana dengan boneka kain? "Ayo, Lid, anterin Aida beli boneka." Ajakan ini memang tidak pernah kami tolak, karena," boneka-bonekanya nggak standar," celetuk istriku suatu saat. Atau,"kayak boneka zaman kita kecil ya," kali ini kataku.. Itulah sebabnya, Aida kini, sudah mengkoleksi 3 boneka kain buatan Teko, lengkap dengan nama-namanya: Rini, Rina, Leni...

**
TAPI, sebetulnya bukan hanya Aida yang suka cafe Teko. Aku pun demikian, walaupun motivasinya jelas beda dengan Aida -- ha, ha.... Pertama kali diajak oleh istriku (akhir tahun 2000), aku langsung jatuh cinta dengan lokasinya -- belakangan menunya. Seolah menuju ke sebuah tempat di masa lalu, begitulah, saat kali pertama menginjakkan kaki di situ...

**
LETAK Cafe Teko sebetulnya tak jauh dari kampus Parahiyangan, Bandung Utara, di kawasan Ciembulueit. Aku lupa nama jalannya, tetapi tempatnya jauh dari keramaian. Agak sunyi, hening, dan banyak pepohonan. Lokasinya agak naik ke atas lantas belok ke kiri. Saat datang pertama kali, di kanan-kiri jalan kecil itu masih terlihat banyak pohon pinus, juga beberapa rumah kuno.. Kira-kira 150 meter dari pintu jalan itu, lihatlah ke sebelah kanan: sebuah rumah berlantai dua + garasi, halaman berumput pendek, beberapa gazebo lengkap dengan pagar tumbuhan, dan beberapa pohon pinus (Aida dan aku selalu menyempatkan menyimpan buah pohon pinus, karena, "seperti yang difilem sounds of music," ujarnya girang). Di lahan itulah, berdiri cafe Teko, yang menempel pada sebuah rumah dengan ukuran tak begitu besa itu.

**
DAN, potret kami bertiga ini diambil saat kami bertiga liburan ke Bandung, setahun lalu (2006). Dan setiap ke kota itu, pastilah kami mampir ke cafe idaman itu -- serta tak lupa, untuk mengabadikannya dalam sebuah potret...

12 comments:

ika ardina said...

salah... hati2 kalo aida baca, bisa marah dia... Namanya Rina, Tina, Lina....

Affan Alkaff said...

iya say, kamu betul... thanks ya. Tadi malam, Aida juga mengkoreksinya (dia duduk dan membaca langsung artikel ini), dan tak marah kok :)

ika ardina said...

tambahan lagi say, ternyata bukan 3, tapi 5 boneka kain :D

Affan Alkaff said...

ah, suamimu ternyata sudah pelupa..

niniel wda said...

hehe.. salam kenal buat keluarga affan. Ruang tamu, makan hingga t idur tak cukup buat berkomunikasi. hahaha.. hingga sampai ke dunia maya. hehe.. salam ya

ika ardina said...

tidak ada batas ruang dalam berkomunikasi, bukan?:D

Affan Alkaff said...

makasih Nil, apa kabarmu?

ika ardina said...

kenapa judulnya "Foto Penghabisan"?

niniel wda said...

Baik Bro. Salam kenal buat Mbak Ika!

niniel wda said...

Walah. ..gak kuat aku dengernya Mbak Ika!

Affan Alkaff said...

oh, itu judul lama, sebelum kuganti.. itu yang kelupaan, say

Affan Alkaff said...

udah kuganti say