Aug 3, 2007

Timor Leste, setahun lalu (1)




AKU tidak begitu terkejut, ketika pagi ini, Selasa, 7 Agustus 2007, beberapa surat kabar di Jakarta memuat judul berita: Xanana Gusmao, akhirnya dipilih sebagai Perdana Menteri Timor Leste yang baru. Presiden Jose Ramos Horta, yang dikenal sebagai karib Xanana, dilaporkan menunjuk Xanana, karena dia didukung koalisi mayoritas anggota parlemen negeri mungil itu.

Jelas saja, penunjukan mantan komandan gerilyawan kemerdekaan Timor Leste ini ditentang lawan politiknya, Marie Alkatiri, elit Partai Fretilin, partai terbesar di parlemen. Dan beberapa jam setelah Xanana dipilih, sejumlah anak-anak muda turun ke jalan-jalan, memprotes keputusan politik Ramos itu.

Akankah Timor Leste, yang telah merdeka dari Indonesia, kembali dilanda kerusuhan yang tak kunjung berakhir? Persis setahun lalu, pada Agustus 2006, aku berkunjung ke Dili, ibukota Timor Leste, untuk liputan panjang tentang nasib negeri itu pasca kerusuhan horizontal, yang dampaknya dirasakan sampai sekarang.

Saat itu, situasi keamanan belum pulih: aparat polisi sama-sekali tidak ada di jalan-jalan dan digantikan sepenuhnya pasukan keamanan internasional. Dan, sedikitnya 60 ribu penduduk Timor Leste dari wilayah Timur masih mengungsi, setelah diusir oleh penduduk wilayah barat.

Tapi walaupun situasinya terkesan genting, kehidupan masyarakat negeri itu tetap berupaya berjalan seperti apa adanya, seperti yang terekam dalam deretan potret yang tersisa dari perjalanan itu:

7 comments:

niniel wda said...

nice pic Fan!

Affan Alkaff said...

makasih kawan. Kau masih ingat lokasinya itu di mana?

sensen gustavsson said...

Walah.. Fan, ini siapa? Bapak yang dulu di Komnas HAM kan? Aduh, aku jadi lupa namanya.. Di mana sekarang si Bapak ini? Aku pikir udah lama hijrah ke Portugal.

Affan Alkaff said...

Iya Sen, itu bekas anggota Komnas HAM, Clementino Dos Reis Amaral. Sekarang dia jadi anggota parlemen Timor Leste, mewakili Partai KOTA. Saya datang ke rumahnya, yang sederhana, tak jauh dari wilayah Komoro -- lokasi yang acap diidentikkan dengan kerusuhan.... Dia masih fasih bahasa Indonesia, dan tampaknya beliau berfikiran obyektif dalam melihat Indonesia..

agung ainul said...

mana foto2 Aida ?
kok ilang??

Emilda Zaini Rosén said...

mesti pake visa ya fan?

Affan Alkaff said...

nggak pakai Mil, cuma visa on arrival...